Persepsi kaum muda: Memperbaiki hubungan Australia-Indonesia melalui pendidikan

Proyek ini mengeksplorasi peran pendidikan tersier dalam membentuk pandangan kaum muda di Australia dan Indonesia terhadap negara lain. Secara khusus, studi ini meneliti tentang pengaruh mata kuliah mengenai Indonesia di universitas-universitas Australia dan mata kuliah mengenai Australia di universitas-universitas Indonesia, dalam membentuk persepsi kaum muda dari waktu ke waktu.

Penelitian yang dilakukan oleh Australia-Indonesia Centre pada tahun 2016 menunjukkan bahwa hampir 50 persen warga Australia memiliki pandangan yang kurang baik tentang Indonesia. Tingkat kesalahan persepsi dan ketidaktahuan tentang Indonesia juga tinggi. Misalnya, dalam survei tahun 2013 yang dilakukan oleh Australian Department of Foreign Affairs and Trade, kurang dari setengah responden mengetahui bahwa Indonesia adalah negara demokrasi dan mayoritas meyakini bahwa hukum Indonesia mengacu kepada hukum Islam. Sebaliknya, survei AIC menemukan bahwa hanya sekitar 10 persen warga Indonesia memiliki pandangan yang kurang baik tentang Australia.

Sejauh apa studi tersier membentuk sikap dan persepsi negara lain? Walaupun asumsi intuitif bahwa pembelajaran tentang bahasa, masyarakat dan budaya negara lain mendorong sikap yang lebih simpatik terhadap negara tersebut, studi akademik yang membuktikan hal ini masih sangat terbatas.  Kami tertarik pada pertanyaan seperti mengapa warga Australia yang mengambil mata kuliah tentang Indonesia, dan warga Indonesia yang mengambil mata kuliah tentang Australia, memilih untuk mengambil mata kuliah ini sebagai bagian dari studi universitas mereka; tingkat paparan mereka sebelumnya ke negara lain (misalnya, di sekolah menengah); dan yang terpenting, apakah mereka merasa bahwa persepsi mereka tentang negara lain telah berkembang dari waktu ke waktu dan jika demikian, bagaimana dan kenapa evolusi tersebut terjadi.

Proyek ini menggunakan metode kualitatif termasuk kajian pustaka dan analisis, focus group discussion dan wawancara.

Pertama, kami melakukan kajian pustaka yang luas, dengan memberikan perhatian khusus pada penelitian survei yang ada (seperti survei AIC dan DFAT yang disebutkan sebelumnya), publikasi akademis (seperti buku dan artikel jurnal peer-review), komentar, laporan, dan artikel berita. Tujuan dari kajian ini adalah untuk mengukur pemahaman tentang topik seperti sikap dan persepsi di Australia dan Indonesia terkait negara lain; kondisi mata kuliah tentang Indonesia di Australia; kondisi mata kuliah tentang Australia di Indonesia; dan peran internasionalisasi pendidikan dalam diplomasi. Kami juga menyusun daftar detail mengenai semua mata kuliah tentang Indonesia yang ditawarkan di universitas-universitas Australia.

Kedua, kami mengadakan beberapa focus group discussion di Yogyakarta dan Melbourne, dengan mahasiswa dari tujuh universitas (empat universitas di Indonesia dan tiga universitas di Australia). Dalam diskusi ini, kami mengajukan pertanyaan-pertanyaan berikut: mengapa siswa mengambil mata kuliah tentang Indonesia atau Australia sebagai bagian dari program universitas mereka; apakah mereka telah mengambil mata pelajaran di bidang-bidang ini di sekolah menengah; apakah mereka pernah mengunjungi atau terpapar ke negara lain; apakah mereka merasa bahwa persepsi mereka telah berubah seiring waktu; apakah mereka merasa bahwa mata kuliah tentang Indonesia atau Australia akan membentuk karier mereka; dan berbagai topik lain yang sebagian didorong oleh siswa sendiri.

Yang terakhir, kami melakukan beberapa wawancara dengan individu yang bekerja di sektor tersier dalam peran yang berkaitan dengan mata kuliah tentang Indonesia. Antara lain: dosen yang mengajar mata kuliah tentang Indonesia dan mata kuliah tentang Australia di universitas; individu yang mengurus soal mobilitas/pertukaran mahasiswa di universitas; pemegang jabatan dalam organisasi kemahasiswaan seperti Australia-Indonesia Youth Association (AIYA) dan Conference of Australian and Indonesian Youth (CAUSINDY); serta individu yang bekerja di sektor publik dan memegang peran yang memajukan studi tentang Indonesia dan Australia (mis. Australia Awards di DFAT, Kementerian Pemuda dan Olahraga Indonesia).

Temuan dan rekomendasi

Dalam focus group discussion di Melbourne, banyak mahasiswa melaporkan bahwa mereka tidak terlalu banyak tahu tentang Indonesia sebelum mengambil mata kuliah tentang Indonesia, dan bahwa mata kuliah tentang Indonesia telah memperluas perspektif mereka dan membantu mereka untuk menyadari bahwa keragaman dan modernitas di Indonesia melebihi dugaan mereka. Banyak peserta menyatakan keprihatinan tentang dampak pelaporan media yang negatif terhadap persepsi masyarakat umum di Australia. Banyak mahasiswa berpandangan bahwa Indonesia dekat dengan Australia dan penting bagi hubungan luar negeri Australia, serta merasa bahwa mata kuliah tentang Indonesia penting bagi karier mereka di masa depan. Beberapa menyatakan bahwa mereka ‘jatuh cinta’ dengan Indonesia dan berniat untuk melanjutkan mata kuliah tentang Indonesia terlepas dari ambisi karir.

Dalam focus group discussion di Yogyakarta, banyak mahasiswa sudah memiliki pandangan positif terhadap Australia sebelum mengambil mata kuliah tentang Australia di universitas. Kunci dari perkembangan persepsi mereka sebagai hasil dari studi mereka adalah belajar bahwa pandangan yang diungkapkan oleh politisi, yang terkadang negatif tentang Indonesia dan hubungan Australia-Indonesia, tidak selalu mewakili masyarakat yang lebih luas. Walaupun beberapa mahasiswa tidak menyukai aspek-aspek politik Australia dan kadang-kadang secara aktif memprotesnya, mereka mengembangkan kemampuan untuk menganalisis secara kritis bukti yang tersedia dan tidak serta merta mengambil laporan berita sebagai bukti persepsi publik Australia yang lebih luas. Banyak mahasiwa mengambil mata kuliah tentang Australia untuk alasan karier atau travel.

Temuan kami menunjukkan bahwa mata kuliah tentang Australia di universitas-universitas Indonesia dan mata kuliah tentang Indonesia di universitas-universitas Australia berperan penting dalam membentuk persepsi tentang Australia dan Indonesia. Persepsi mahasiswa di Australia yang penuh ketidaktahuan dan/atau negatif tentang Indonesia ditantang dan dibalik dengan mengambil mata kuliah tentang Indonesia, dengan belajar tentang bahasa, budaya dan masyarakat Indonesia. Selain itu, yang terpenting, dengan memfasilitasi perjalanan ke Indonesia dan interaksi dengan warga Indonesia. Proses pembelajaran dan pembentukan persepsi ini seringkali dimulai di sekolah menengah, tetapi universitas berperan penting dalam melanjutkan dan memperluas proses ini dan mengarah ke peluang karir yang berkaitan dengan Indonesia.

Persepsi mahasiswa di Indonesia tentang Australia pada umumnya sudah positif, tetapi pengambilan mata kuliah tentang Australia mengarah pada pemahaman yang lebih bermakna mengenai Australia dan warga Australia, serta dapat memfasilitasi peluang travel dan karier yang berkaitan dengan Australia. Untuk kedua kelompok mahasiswa, pengambilan mata kuliah tentang Australia atau Indonesia membantu mereka mengembangkan keahlian untuk secara kritis menganalisis bukti dan memahami, misalnya, bahwa representasi negatif dari negara lain harus diperiksa secara kritis dan bahwa retorika yang digunakan oleh para pemimpin politik belum tentu mewakili pandangan masyarakat umum. Naik turunnya hubungan Indonesia-Australia berkontradiksi dengan hubungan kompleks antara warga di kedua negara, khususnya di sektor pendidikan dan travel.

Di Australia, pengetahuan yang lebih mendalam tentang Indonesia akan membantu mengurangi tingginya tingkat ketidaktahuan dan kesalahpahaman di kalangan masyarakat luas. Ini akan bermanfaat untuk meningkatkan peluang mengambil mata pelajaran tentang Indonesia di semua tingkat pendidikan – sekolah dasar, menengah dan universitas. Universitas harus melakukan lebih banyak penjangkauan untuk mendorong siswa sekolah menengah agar melanjutkan mata pelajaran tentang Indonesia di universitas. Di Indonesia, penawaran mata kuliah tentang Australia di lebih banyak universitas akan berkontribusi pada meningkatnya pengetahuan tentang Australia, serta peluang untuk travel dan pengembangan karier yang berkaitan dengan Australia.

People

  • Dr Avery Poole
    Assistant Director, Melbourne School of Government
    The University of Melbourne
  • Dr Dafri Agussalim
    Executive Director, Faculty of Social and Political Sciences
    Universitas Gadjah Mada

Outcomes

Seminar publik

‘Youth perceptions: Findings’, Monash University, 23 November 2018.