Efek akulturasi pada sikap warga terhadap Australia dan Indonesia
Studi yang dilakukan secara konsisten menunjukkan bahwa ada kesenjangan antara sikap warga Indonesia dan Australia terhadap satu sama lain. Secara umum, warga Indonesia memiliki persepsi yang sangat positif terhadap Australia sementara warga Australia memiliki persepsi yang kurang positif terhadap Indonesia (Australian-Indonesia Centre 2016). Akan tetapi, detail lebih lanjut mengenai hal ini masih belum jelas. Mengingat kepentingan strategis jangka panjang dari hubungan antara kedua negara, perbedaan sikap ini sangat perlu diselidiki. Jumlah migran kelahiran Indonesia yang tinggal di Australia telah meningkat (63.160 orang menurut sensus nasional di tahun 2011, meningkat sebesar hampir 25 persen dari sensus terakhir). Namun, informasi tentang diaspora Indonesia di Australia (atau ekspatriat Australia di Indonesia), khususnya tentang strategi akulturasi dan adaptasi mereka, belum banyak diketahui.
Studi ini berfokus pada tema budaya dan identitas, yang berorientasi pada tiga tujuan:
- Untuk membandingkan dan membedakan sikap dan persepsi kelompok migran, ekspatriat dan warga negara dari kedua negara terhadap Australia dan Indonesia . Dengan melakukan perbandingan budaya, kami mengkaji dampak akulturasi pada sikap dan persepsi individu terhadap negara asal dan negara tujuan mereka. Warga yang pernah tinggal di kedua negara akan memiliki perspektif yang berbeda dengan warga negara yang mengandalkan media.
- Untuk mengeksplorasi peran media sosial dalam memengaruhi sikap warga negara terhadap Australia dan Indonesia. Komunikasi merupakan fitur penting dalam proses antarbudaya. Sebuah laporan menunjukkan bahwa 66 persen pengguna media sosial menggunakan situs ini untuk membaca berita (Pew Research Center 2016). Indonesia menempati peringkat keempat dari segi jumlah pengguna Facebook dengan 77 juta pengguna aktif (Statista 2016) dibandingkan dengan 15 juta pengguna aktif di Australia.
- Untuk menciptakan kampanye yang efektif untuk menjembatani perbedaan sikap antara warga Australia dan Indonesia. Penggambaran image yang jelas dan otentik dari masing-masing negara melalui sudut pandang para individu yang telah hidup di kedua negara akan mengurangi perbedaan sikap dan persepsi terhadap Australia dan Indonesia.
Para peneliti melakukan serangkaian analisis kualitatif dan kuantitatif termasuk;
- Studi Netnografi (tentang internet), mengeksplorasi beberapa komunitas online: Perhimpunan Pelajar Indonesia Australia (11,321 likes), Australia-Indonesia Youth Association (AIYA) (3153 likes), Indonesian Community in Australia (1003 likes) dan End Australian aid to Indonesia (3450 likes).
- Kombinasi survei online dan survei berbasis kertas dibagikan kepada responden dan focus group di Indonesia (Jakarta, Surabaya, Denpasar) dan Australia (Sydney, Melbourne, Brisbane, Perth). Para peserta merupakan ‘migran’, ‘ekspatriat’, dan ‘warga negara’ di kedua negara.
Temuan dan rekomendasi
Penelitian kualitatif menemukan bahwa warga Australia memiliki pandangan positif tentang Indonesia. Akan tetapi, persepsi mengenai beberapa aspek cukup negatif – seperti korupsi, pengelolaan lingkungan, hak asasi manusia dan layanan kesehatan. Pemerintah Indonesia perlu menjalin kerja sama yang erat dengan media untuk meningkatkan image Indonesia di luar negeri. Selain itu, pemerintah Indonesia perlu meningkatkan kesadaran akan masalah lingkungan di Indonesia – misalnya mengurangi penggunaan kantong plastik, dan kampanye pemasaran sosial untuk menjaga agar kota tetap bersih.
Penelitian kuantitatif menemukan bahwa warga Australia dan warga Indonesia memiliki pandangan yang relatif positif satu sama lain. Akan tetapi, ada pola di mana warga Australia di Indonesia tidak mengidentifikasi diri dengan Indonesia.
People
Outcomes
Presentation of research, Faculty of Economics and Business, University of Airlangga, Surabaya, 10 July 2018.