Informasi tanah untuk mendukung pertanian berkelanjutan dan ketahanan pangan di Indonesia

Tujuan proyek ini adalah untuk menyelidiki bagaimana sistem informasi tanah dapat dihubungkan dengan data sosio-ekonomi dan digunakan untuk mendukung perluasan pertanian dan pengelolaan pertanian yang berkelanjutan di Indonesia. Teknologi digital telah merevolusi cara data tanah diproduksi, tetapi tantangan dalam mengintegrasikan data tanah dengan data sosio-ekonomi untuk mendukung strategi pertanian di masa depan masih menghadapi tantangan. Pembukaan lahan baru diperlukan untuk menjaga ketahanan pangan dan menemukan cara untuk beradaptasi dengan dampak perubahan iklim. Proyek ini mengeksplorasi kondisi pemetaan tanah dan data sosio-ekonomi yang relevan untuk memahami masalah ketahanan pangan di Indonesia.

Informasi tanah sangat penting untuk mendukung pengembangan pertanian berkelanjutan. Tanah memiliki banyak fungsi penting, seperti produksi biomassa, pengaturan air, berfungsi sebagai lingkungan budaya dan kumpulan keanekaragaman hayati, menyediakan sumber bahan baku dan pasokan nutrisi, serta penyimpanan warisan budaya.

Ada kebutuhan yang mendesak akan data tanah yang tepat untuk melindungi lahan pertanian utama Indonesia dan meningkatkan produksi melalui pengelolaan lahan yang lebih baik. Data tanah sangat dibutuhkan untuk membantu menyelesaikan masalah lingkungan di Indonesia seperti pengelolaan gambut, pengelolaan air, emisi gas rumah kaca, dan kebakaran lahan. Data tanah dalam resolusi saat ini berkualitas terlalu rendah untuk memungkinkan perencanaan regional yang efektif. Oleh karena itu, teknologi digital baru diperlukan untuk memfasilitasi penyediaan data yang lebih cepat dan pemetaan tanah pada skala yang lebih baik.

Proyek ini menemukan bahwa sektor pertanian Indonesia menyumbang sekitar 10,3 persen dari total PDB negara dengan tingkat pertumbuhan tahunan sebesar 4 persen, yang didominasi oleh perkebunan atau tanaman perkebunan. Sekitar 60 persen tanaman pangan utama (beras, jagung, dan kedelai) dibudidayakan di Jawa, sementara tanaman perkebunan seperti minyak kelapa sawit dibudidayakan di pulau-pulau lain (terutama Sumatra dan Kalimantan). Pentingnya pertanian dan produksi pangan secara jelas ditetapkan dalam tujuan Menteri Pertanian untuk tahun 2015 – 2019. Tujuan ini meliputi peningkatan ketersediaan dan keanekaragaman pangan untuk mencapai kedaulatan pangan; meningkatkan daya saing produk pangan dan pertanian Indonesia; meningkatkan produksi bioenergi; dan menambah pendapatan untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Proyek ini menunjukkan bagaimana sebagian besar capaian tujuan ini bergantung pada tanah sebagai sumber daya alam.

Para pemangku kepentingan yang relevan perlu memanfaatkan penelitian pertanian terbaru dan memiliki akses ke teknologi yang lebih baik serta informasi tanah untuk meningkatkan produksi pangan di Indonesia. Aset utama bagi petani kecil adalah tanah, tenaga kerja dan benih. Produktivitas intrinsik tanah adalah faktor penentu utama ketahanan pangan produsen swadaya. Dengan demikian, tanah adalah aset utama yang perlu dikelola dan dimanfaatkan secara efisien. Petani, agen penyuluh pertanian dan pembuat kebijakan harus memiliki informasi yang komprehensif tentang kondisi tanah untuk menentukan praktik terbaik yang akan digunakan. Proyek ini tidak hanya bertujuan untuk menghasilkan peta tanah; melainkan juga mengembangkan kerangka kerja awal untuk penggunaan data biofisik dan sosio-ekonomi dalam menilai fungsi tanah untuk budidaya tanaman. Selain itu, proyek ini mengkaitkan fungsi tanah dengan faktor sosio-ekonomi yang dapat memengaruhi keputusan tentang penggunaan lahan. Gabungan dari semua komponen ini akan menjadi alat yang berharga untuk panduan kebijakan. Secara khusus, teknik pemetaan tanah digital Australia telah digunakan dalam proyek ini sebagai referensi dalam mendukung pemetaan tanah untuk meningkatkan produksi pangan di Indonesia.

People