Seri Essay Australia Indonesia

Seri bilingual ini menampilkan penulis serta pemikir Australia dan Indonesia terkemuka yang menggambarkan permasalahan yang mereka pandang sebagai tantangan penting dan khayalan yang dihadapi oleh masyarakat saat ini dan di masa yang akan datang. Seri ini bermaksud untuk menyorot cara-cara di mana orang-orang Australia dan Indonesia mempunyai harapan, nilai dan tantangan bersama dan serupa.

Di tahun 2016, Australia-Indonesia Centre menugaskan seri pertama essay yang bermaksud membawa suara dan sudut pandang baru dari warga Australia dan Indonesia dengan menceritakan cerita mereka.

Seri diawali dengan meminta essayists untuk memberikan tanggapan pada pertanyaan ‘Apa artinya menjadi orang Indonesia/Australia?’ dan mengundang mereka untuk merenungkan permasalahan yang mereka pandang sebagai tantangan penting dan khayalan yang dihadapi oleh masyarakat mereka saat ini dan di masa yang akan datang. Penulis kami juga akan mempertimbangkan cara-cara orang Australia dan Indonesia dalam berbagi cerita mereka masing-masing, sehingga diperoleh wawasan yang lebihluas ke dalam kebudayaan kita yang rumit dan seing kali saling melengkapi.

Essay dalam seri ini datang dari penulis dan komentator Indonesia dan Australia terkemuka yang masing-masing mengamati dengan cermat kondisi masyarakat, kebudayaan dan kondisi politik mereka sendiri. Essay tersebut telah dipublikasikan melalui situs AIC dan dalam The Guardian Australia.

Para penulis

Alice Pung merupakan penulis peraih penghargaan Australia yang buku-bukunya termasuk Unpolished Gem, Her Father’s Daughter dan Laurinda. Dia mengedit Growing Up Asian in Australia, sekumpulan cerita yang saat ini menjadi buku bacaan sekolah menengah atas, dan Unpolished Gem telah diterjemahkan dan dipublikasikan dalam bahasa Indonesia, Jerman dan Italia. Buku-buku Alice juga telah dipublikasikan di Amerika Serikat dan Inggris. Saat ini, dia menjadi Seniman Dalam Residensi di Janet Clarke Hall, University of Melbourne, dan sering menulis untuk majalah-majalah dan koran-koran Australia. Di tahun 2016, Alice merupakan Established Writer RMIT pada Program Penulis untuk Pertukaran Kebudayaan di Sun Yat Sen University, Guangzhou. Dia adalah Duta dari 100 Story Building and Room to Read.

Leila S. Chudori merupakan novelis dan jurnalis pada majalah Tempo. Ia juga merupakan pengarang 9 dari Nadira, Kepustakaan Populer Gramedia, 2009. Pada bulan Desember tahun 2013, Pulang (Home) mendapat penghargaan terkemuka Indonesia untuk sastra, Penghargaan Sastra  Khatulistiwa atas karya sastra luar biasa. Karya berjudul Pulang membahas tragedi pengasingan politik pada masa Suharto (1965-1998) yang dipaksa keluar dari Indonesia setelah pembantaian 1965. Karya ini telah diterjemahkan dalam bahasa Inggris, Perancis, Jerman dan Itali.

Eliza Vitri Handayani telah menulis dan mempublikasi sejak ia masih remaja. Novelnya From Now On Everything Will Be Different diterbitkan tahun 2015 dan diluncurkan secara internasional. Peluncuran buku pada festival Ubud Writers & Readers dibatalkan karena ada peringatan polisi, dan Eliza memprotes dengan mengenakan T-shirts festival yang terdapat cetakan kutipan dari novelnya. Karya pendeknya telah muncul di beberapa tempat termasuk the Griffith Review, Asia Literary Review, Exchanges Journal, Magdalene, Jakarta Post, Tempo, dan Inside Indonesia. Di tahun 2016 Eliza terpilih sebagai anggota WrICE dan berpartisipasi dalam residensi di Tiongkok dan Australia. Eliza telah tampil dalam Festival Penulis Northern Territory, Festival Penulis Internasional Makassar, dan Festival Penulis Melbourne. Eliza mengelola InterSastra, suatu platform untuk pertukaran sastra antara Indonesia dan seluruh negara di dunia.

Sanaz Fotouhi merupakan penulis, pembuat film, dan akademisi Iran-Australia. Ia memiliki gelar PhD dalam Sastra Inggris dari University of New South Wales. Ia tertarik pada narasi diasporik dan imigran. Bukunya The Literature of the Iranian Diaspora: Meaning and Identity since the Islamic Revolution dipublikasikan di bulan Maret tahun 2015 (I.B. Tauris).  Sanaz merupakan anggota pendiri Persian Film Festival di Australia, dan co-produser untuk film dokumentasi yang meraih banyak penghargaan Love Marriage in Kabul.  Sanaz saat ini merupakan Asisten Direktur Eksekutif dari the Asia Pacific Writers and Translators, (www.apwriters.com).

Outputs

Laporan

Pung, Alice; Chudori, Leila S; Handayani, Eliza Vitri; Fotouhi, Sanaz (2017): Australia Indonesia Essay Series. figshare. Paper. https://doi.org/10.4225/03/58abb84b6c6ca