Peningkatan usia aset infrastruktur jalur kereta

Proyek ini bertujuan untuk melakukan kegiatan pendahuluan dalam mengidentifikasi masalah kritikal pada infrastruktur jalur kereta Indonesia, guna mempersiapkan proyek yang lebih besar yang menangani perpanjangan hidup, keamanan dan efisiensi aset trasportasi kereta api di Indonesia. Proyek ini memiliki beberapa tujuan:

  • Mengidentifikasi masalah kritikal infrastruktur yang harus ditangani dalam mengoperasikan sarana kereta dengan aman dan efisien.
  • Menguraikan dan memprioritaskan proyek penelitian untuk menangani masalah yang teridentifikasi.
  • Mendorong kolaborasi antara rekan-rekan di Indonesia dan Australia untuk bersama-sama mengembangkan penelitian yang mengkaji permasalahan umum yang kritikal dalam jaringan jalur kereta penumpang.
  • Memformulasikan kerangka untuk kegiatan Cluster Infrastruktur AIC dalam transportasi kereta api.

Tim proyek dari Institute of Railway Technology mengadakan diskusi dengan para peneliti dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya dan perwakilan Dinas Perhubungan Propinsi Jawa Timur, operator Kereta Api Indonesia dan tim perencanaan dan pengembangan pada pelabuhan yang baru-baru ini dijalankan, Teluk Lamong. Diskusi tersebut membahas gambaran umum dari rencana infrastruktur di Surabaya dan tantangan yang dihadapi.

Proyek menguraikan keadaan ekonomi Indonesia, dan peran Propinsi Jawa Timur di dalamnya. Para peneliti menyoroti dampak ekonomi yang mengalir dari efisiensi transportasi. Oleh karena Surabaya merupakan pusat ekonomi dari Propinsi Jawa Timur, maka efektivitas infrastruktur transportasi menjadi krusial terhadap pertumbuhan ekonomi. Tema dari diskusi ini adalah pelabuhan baru pada Teluk Lamong.

Permasalahan

Kota Surabaya dilayani oleh beberapa pelabuhan, pelabuhan terbesar dan paling padat ialah Tanjung Perak. Pelabuhan ini beroperasi dengan menampung kapasitas yang lebih besar daripada rancangan kapasitasnya, begitupula dengan infrastruktur yang terhubung ke jaringan jalur jalan dan kereta di Jawa Timur. Alhasil, jasa angkutan melalui pelabuhan ini menjadi  lamban dan mahal. Hambatan ini berdampak negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Untuk mengatasi kondisi demikian, dibangunlah pelabuhan kontainer besar yang baru di Teluk Lamong. Pelabuhan ini dibangun dalam lima tahapan selama lebih dari 15 tahun. Tahapan pertama telah diselesaikan, sehingga pelabuhan mampu menangani volume kecil untuk  jasa angkutan domestik dan internasional. Pengembangan yang akan datang akan meningkatkan pertumbuhan pelabuhan dalam kapasitas dan akan dihubungkan dengan tautan jalan darat, jalur kereta, dan monorail khusus. Jalur tautan kereta utama menuju pelabuhan akan menggunakan jalur Indro Line yang saat ini belum aktif.

Saat ini satu-satunya metode untuk memindahkan jasa angkutan pada daratan adalah melalui jalan darat yang padat dan penuh yang melewati wilayah yang berpopulasi padat. Jalan darat ini memperlihatkan hambatan yang signifikan terhadap operasional pelabuhan untuk efisiensi yang maksimal. Proyek ini menguraikan strategi untuk menghubungkan Teluk Lamong dengan lebih baik.

Beberapa Opsi

Strategi pertama yang diusulkan adalah kombinasi dari jalan darat, jalur kereta dan monorail khusus. Pendektan ini memiliki beberapa keunggulan, seperti desentralisasi distribusi jasa angkutan, dan menghindari biaya tinggi dari pembebasan atau reklamasi lahan yang dekat dengan pelabuhan. Pada saat sistem sudah matang, sistem diharapkan dapat bekerja dengan  lebih cepat dan murah dibandingkan dengan transportasi jalan darat langsung dari pelabuhan.

Tahapan selanjutnya dari perkembangan pelabuhan meliputi pembangunan jalan penghubung yang ditinggikan untuk menghubungkan langsung pelabuhan dengan jalan tol yang ada saat ini ke arah barat. Proyek ini memiliki beberapa tantangan, terutama yang terkait dengan biaya dan akuisisi lahan, dan jalur tol yang ada saat ini hampir selalu berkapasitas penuh. Kepadatan artinya metode ini tidak layak sebagai metode utama dalam perhubungan jangka panjang. Jalan darat akan ditarik biaya sedemikian rupa sehingga mendorong pengguna untuk memilih jalur kereta daripada transportasi darat. Rancangan jalur jalan darat tergantung pada kapasitas dari infrastruktur jalur kereta, karena beban muatan kapasitas yang tidak dapat melewati jalur kereta harus menggunakan jalan darat. Oleh karena itu, kapasitas infrastruktur jalur kereta harus ditentukan sebelum memfinalisasi rancangan jalur jalan darat.

Strategi kedua adalah mempertimbangkan sistemberbasis  Alat Pengangkut Kontainer Otomatis (Automated Container Transport – ACT) untuk monorail penumpang, dengan kendaraan yang dirancang ulang untuk mengakomodasi kontainer pengapalan. Monorail akan berjalan sepanjang tepi pantai menuju gudang pengiriman yang ada di dekat Tanjung Perak. Lima stasiun sepanjang rute akan memungkinkan kontainer dipindahkan ke jalan darat. Hal ini adalah pilihan yang menarik karena biaya yang terbilang rendah, lahan yang lebih kecil dan pengurangan akuisisi lahan. Namun, sistem akan dibatasi, karena monorail tidak seusai untuk transportasi jasa angkutan dalam jumlah besar. Ini juga akan memenuhi jasa angkutan ke dalam gudang yang sudah padat dan kapasitas berlebih.

Jalur Indro line yang tidak aktif direncanakan menjadi jalur koneksi utama menuju pelabuhan. Dua pilihan untuk hal ini sedang dipertimbangkan. Hal pertama adalah jalur langsung dari pelabuhan menuju Indro line. Hal ini merupakan pilihan yang paling mahal, karena ini membutuhkan pembangunan jembatan dan reklamasi lahan. Pilihan kedua meliputi pembangunan jalur jalan darat khusus untuk ‘dry port’ darat yang dekat dengan Teluk Lamong. Truk-truk akan memindahkan kontainer dari terminal ke dry port, dimana mereka akan diproses dan dikirimkan dengan jalur kereta menuju pusat distribusi satelit. Hal ini sangat menjanjikan karena mengurangi biaya kepada pelanggan hanya dengan peningkatan waktu yang moderat. Namun, hal ini akan melibatkan penanganan ganda terhadap kontainer.

Kesimpulan

Pelayanan jalur kereta penumpang dan jasa angkutan telah menjadi moda transportasi utama dalam menghadapi kepadatan jalan darat di Indonesia. Implementasi praktik unggul dalam perencanaan, perancangan dan pemeliharaan jalur akan menjadi vital. Pelabuhan pada Teluk Lamong merupakan pusat pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut, tetapi koneksi menuju pelabuhan belum dibangun. Kapasitas infrastruktur akan menjadi kunci, tetapi pemeriksaan singkat atas profil roda dan jalur kereta mengungkapkan potensi permasalahan pada pemeliharaan, begitu pula mutu jalur campuran sepanjang jaringan. Hal ini akan memberikan dampak terhadap keseluruhan kapasitas jaringan.

Tema dari seluruh strategi adalah untuk menentukan kapasitas muatan beban maksimal pada jaringan jalur kereta. Hal ini bergantung pada infrastruktur jalur kereta, sarana kereta, dan cara pemeliharaan dan pemonitoran. Kapasitas jaringan merupakan pusat dari rancangan jalan dan sistem monorail dan hal ini penting untuk kemampuan Teluk Lamong dalam mengurangi hambatan kegiatan ekspor impor di Surabaya.

People