Tinjauan kebutuhan inisiatif dukungan bagi orang tua tentang pencegahan dini PTM pada remaja
Indonesia mengalami perubahan cepat dalam pola penyakit pada populasi sebagai akibat dari peningkatan angka penyakit tidak menular (PTM). Masa remaja adalah masa kritis untuk mendorong adopsi perilaku gaya hidup sehat yang dapat mengoptimalkan pencegahan PTM sepanjang siklus hidup. Kualitas pengasuhan anak berdampak signifikan dalam membangun gaya hidup sehat.
Namun, dukungan bagi orang tua para remaja masih sangat minim, apalagi bagi orang tua para remaja yang memiliki penyakit kronis atau berkebutuhan khusus. Meski ada populasi yang besar dari para remaja yang masa depan kesehatannya berisiko dari beberapa faktor seperti merokok, diet yang buruk, tidak biasa olahraga, dan mengabaikan kesehatan mental, belum ada materi khusus pendukung untuk pola asuh anak dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, dimana materi yang tersedia justru fokus untuk bayi yang baru lahir dan anak di bawah usia lima tahun. Hanya ada sedikit informasi atau diskusi oleh orang tua Indonesia tentang keterampilan apa yang mereka rasa butuhkan, dan bagaimana caranya agar mereka tertarik untuk mengakses informasi mengenai pengasuhan anak.
Penelitian ini menjadi upaya pertama yang penting untuk mengisi kesenjangan yang ada dalam pendidikan pengasuhan anak dan agar memiliki pemahaman yang lebih baik atas peran yang orang tua miliki terhadap pencegahan PTM di kalangan remaja. Penelitian kami fokus untuk mengidentifikasi dukungan yang dibutuhkan untuk meningkatkan keterampilan kedua orang tua dari para remaja secara umum, dan orang tua dari remaja dengan penyakit kronis atau berkebutuhan khusus. Kami memiliki empat tujuan penting melalui metode kualitatif dengan dua kelompok orang tua (orang tua remaja secara umum, dan orang tua remaja dengan penyakit kronis atau berkebutuhan khusus). Penelitian ini bermaksud untuk mengidentifikasi pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan, potensi hambatan yang ada, dan metode terbaik untuk menyampaikan dukungan pendidikan bagi para orang tua.
Metode
Penelitian melakukan serangkaian Diskusi Kelompok Terbatas (DKT) dengan menggunakan wawancara yang semi-terstruktur dengan enam kelompok orang tua; empat kelompok orang tua dengan latar belakang demografi yang berbeda, satu kelompok orang tua dari remaja dengan penyakit kronis (talasemia, kanker, diabetes melitus tipe I) dan satu kelompok orang tua dari remaja yang berkebutuhan khusus (contohnya disabilitas intelektual). Seorang moderator terlatih memimpin diskusi di masing-masing kelompok, dibantu oleh anggota tim penelitian dalam mencatat dan memastikan seluruh hal telah tercakup. Kuesioner tanpa nama dilengkapi oleh masing-masing orang tua pada saat diskusi untuk memperoleh data pribadi dan gaya pengasuhan anak. Kami melakukan diskusi dengan orang tua dari wiayah pedesaan dan perkotaan. Wilayah pedesaan memiliki dua kelompok: satu di Pulau Jawa (Serang, Propinsi Banten) dan satu di luar Pulau Jawa (Padang, Sumatra Barat). Wilayah perkotaan, Jakarta, juga memiliki dua kelompok: mulai dari kelompok yang berlatar belakang sosioekonomi rendah dan tinggi. Kelompok orang tua dari para remaja dengan penyakit kronis dan berkebutuhan khusus dikumpulkan dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Setiap kelompok terdiri dari lima hingga 10 orang tua, dan setiap pasangan dihitung sebagai perwakilan individu guna memperoleh masukan secara individual terhadap masalah-masalah yang ada.
Diskusi-diskusi tersebut mencakup berbagai jenis topik: permasalahan pola asuh anak secara umum; perubahan dan tantangan dari pengasuhan anak pada masa transisi dari masa anak-anak ke remaja; pengetahuan mengenai PTM dan pencegahannya; kesulitan dalam mengasuh anak remaja secara umum; strategi pengembangan perilaku dan penanaman gaya hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari; memperoleh dukungan atas pengasuhan anak dari keluarga, masyarakat atau tenaga profesional; pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk membantu para remaja dalam menerapkan perilaku sehat untuk pencegahan PTM; dan, apakah mereka tertarik untuk memperoleh informasi lebih jauh mengenai pola asuh anak, dan format yang disukai untuk mengakses informasi tersebut (contoh kelompok pola asuh anak, aplikasi, situs web, dst). Audio seluruh diskusi direkam dan ditranskrip untuk analisis konten dan tematik. Tema diskusi dari seluruh empat wilayah demografi saling dibandingkan untuk menentukan persamaan atau perbedaan kebutuhan.
Hasil temuan
Para orang tua yang berlatar belakang sosioekonomi rendah didapati mempunyai tantangan dalam berkomunikasi dengan anak remaja mereka dan kurang pengetahuan atas pencegahan PTM serta perilaku hidup sehat (sebagian besar para ayah adalah perokok). Sebagian besar tidak membatasi penggunaan perangkat elektronik, mendukung anak di bawah umur untuk mengendarai motor (tanpa lisensi) dan tidak prioritas konsumsi makanan sehat. “Saya membutuhkan dukungan untuk mengetahui bagaimana cara menghadapi anak remaja; Saya membutuhkan pengetahuan mengenai remaja dan kesehatan,” ujar salah satu dari orang tua.
Sementara itu, para orang tua yang berlatar belakang sosioekonomi tinggi memiliki lebih banyak tantangan dalam mengendalikan penggunaan teknologi walaupun mereka telah membatasi penggunaan perangkat elektronik. “Saya tetap membutuhkan dukungan untuk mengasuh anak remaja, terutama bagaimana mempersiapkan mereka untuk menolak pengaruh buruk dan bagaimana cara membangun kebiasaan berkomunikasi yang baik”.
Para orang tua yang memiliki anak-anak dengan penyakit kronis mengatakan “Penerapan gaya hidup sehat menjadi lebih mudah setelah anak saya didiagnosa penyakit kronis. Keluarga kami juga menjadi lebih berkomitmen untuk menerapkan gaya hidup sehat.”
Para orang tua dari remaja berkebutuhan khusus mempunyai lebih banyak masalah dalam menghadapi pubertas anak dan lebih khawatir atas kemandirian anak remaja mereka serta dampak stigma dari kesehatan remaja.
Perlu ada program dukungan pengasuhan anak yang memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar dalam mengasuh anak remaja. Ada dua metode yang disebutkan oleh para orang tua: aplikasi telepon genggam yang interaktif dan praktis, dan program dukungan luring melalui kegiatan berbasis masyarakat yang sudah ada. Dukungan untuk program daring lebih banyak ditemui.
Kesimpulan
Informasi dasar tentang memahami remaja, keterampilan berkomunikasi dan pubertas adalah informasi yang dirasa paling diperlukan oleh para orang tua. Walaupun pengetahuan, sikap, dan praktik pencegahan PTM masih belum memadai, namun PTM belum menjadi isu prioritas dalam pola asuh remaja pada umumnya. Program dukungan dibutuhkan oleh berbagai macam orang tua, terutama para orang tua yang berlatar belakang sosiekonomi rendah dan orang tua dari anak-anak berkebutuhan khusus. Program dukungan daring lebih disukai oleh para orang tua dari berbagai latar belakang sosioekonomi.
People
-
Associate Professor Lena Sanci
Deputy Head, Department of General Practice
The University of Melbourne -
Dr Bernie Medise
Paediatrician, Community Pediatric Division, Child Health Department
Universitas Indonesia