Memetakan sumber daya dan infrastruktur energi Indonesia untuk pertumbuhan sistem dan elektrifikasi populasi di wilayah terpencil/pulau denga lebih efisien dan merata
Proyek ini bertujuan untuk membentuk pemahaman komprehensif dan komparatif tentang sistem kelistrikan di Indonesia dan Australia. Pemahaman ini akan menjadi dasar pekerjaan Cluster Energi. Proyek ini menjajaki peluang dan hambatan terhadap pertumbuhan dan transformasi sistem energi di kedua negara. Proyek fokus khusus pada pasokan tenaga listrik untuk populasi yang tingga di wilayah terpencil dan di pulau yang belum memiliki akses terhadap listrik.
Proyek mempelajari berbagai pekerjaan kajian sumber daya energi dan biaya teknologi baru untuk menghasilkan energi, serta proses struktur dan perencanaan untuk berinvestasi di bidang energi berkesinambungan. Beberapa pekerjaan yang dikaji antara lain, kajian literatur tingkat tinggi, dan wawancara dengan Kementerian Energi dan Sumber daya Mineral Indonesia, serta para pemangku kepentingan lainnya. Para peneliti berkonsultasi dengan ahli energi di Indonesia untuk mengkonfirmasi pemahaman yang mereka dapatkan dari literatur dan wawancara tersebut.
Kesimpulan kajian tersebut berujung pada fokus tematis program investasi Cluster Energi dan beberapa outcome konkrit berikut:
- Sebuah nota kesepakatan dengan Kementerian Energi Indonesia, di bawah Menteri Energi terdahulu, Pak Sudirman Said dan Bali Clean Energy Centre.
- Mengkomitmenkan sumber daya untuk membangun metodologi yang dapat mereplikasi pekerjaan Australia dalam kajian sumber daya energi dan kajian biaya teknologi energi.
- Publikasi Kajian Teknologi Energi Indonesia pada tahun 2018.
- Microgrid sebagai bagian utama dari rencana Indonesia Terang (Indonesia Terang di bawah Bali Clean Energy Centre). Bersamaan dengan penunjukan menteri energi baru pada tahun 2017.
- Institute of Essential Service Reform (IESR), Agora Energiewende dan Europena Climate Foundation melaksanakan studi yang mempelajari kemampuan grid Jawa-Bali-Sumatera untuk mengintegrasikan energi terbarukan jumlah besar dari 2018 hingga 2027.
- Studi APEC tentang penyediaan solusi energi berkesinambungan bagi Zona Ekonomi Khusus Bitung dan Kota Model Rendah Karbon (Low Carbon Model Town – LCMT) dan Sulawesi Utara.
Kesimpulan
- Terbatasnya data yang tersedia untuk analisis sumber daya energi dan biaya teknologi energi di Indonesia.
- Terbatasnya data dan model yang tersedia untuk perencanaan sistem energi dan pengambilan keputusan tentang elektrifikasi di daerah terpencil di Indonesia, sekaligus ekspansi berkesinambungan grid listrik di Indonesia.
- Kerja sama dengan pemerintah Indonesia dapat terjalin, dan ada peluang menjanjikan untuk bermitra dengan NGO. Ada sumber pendanaan dari dunia internasional, sebagai contoh, kesuksesan penggalangan dana dari APEC untuk proyek kota model rendah karbon di Bitung, Sulwesi Utara, dan proyek European Climate Fund dan Agora Energiewende untuk membuat model integrasi energi terbarukan.