Lokakarya gabungan Australia–Indonesia tentang kota pintar
Lokakarya ini menghadirkan sejumlah ahli di bidang penelitian Internet of Things, analitik Big Data dan kota pintar (smart cities) dari Australia dan Indonesia. Tujuannya ialah untuk menciptakan jaringan penelitian smart cities yang mengkaji tantangan urbanisasi yang kian cepat. Lokakarya ini memfasilitasi inisiatif yang mengkaji permasalahan smart city untuk mengembangkan solusi pintar dan ekonomis, yang bermakna bagi lingkungan, keamanan negara, infrastruktur dan ilmu kesehatan. Lokakarya ini memungkinkan para peneliti untuk mengidentifikasi tema umum dan kesempatan untuk berkolaborasi. Lokakarya diselenggarakan pada bulan Februari 2015 di Bandung, Indonesia.
Pada tahun 2050, 70 persen populasi dunia– lebih dari 6 miliar penduduk – diperkirakan akan hidup di wilayah perkotaan dan sekitarnya. Kota-kota akan perlu menjadi pintar, bahkan hanya untuk bertahan sebagai tempat yang dapat mewujudkan kesejahteraan ekonomi, sosial, dan lingkungan. Australia memiliki karakteristik urban yang sangat tinggi, dengan lebih dari 89 persen penduduknya tinggal di pusat perkotaan. Empat dari 10 kota teratas di dunia berada di Australia dan Melbourne telah konsisten dinilai sebagai tempat yang paling nyaman ditinggali di dunia. Sejalan dengan tren global, Indonesia menghadapi tingkat urbanisasi yang sangat tinggi. Kota-kota di Indonesia bertumbuh lebih dari 4 persen per tahun. Untuk menghadapi skenario yang belum pernah terjadi sebelumnya, kota-kota perlu menjadi pintar. Kepintaran suatu kota adalah kegiatan yang dapat direalisasikan melalui penggunaan teknologi Internet of Things, teknologi yang dapat terintegrasi secara mulus ke dalam infrastruktur urban (transportasi, kesehatan, lingkungan, dst.) dan membentuk lapisan digital dari kota tersebut.
Tujuan lokakarya adalah untuk mendorong penelitian di bidang yang niche ini pada persimpangan antara sensor (Internet of Things), komunikasi (jaringan pita lebar berkecepatan tinggi), dan interpretasi (analitik big-data). Penghubungan perangkat penginderaan dan penggerak dalam Internet of Things (IoT) membuat platform mampu berbagi informasi dalam satu kerangka, mengembangkan gambaran umum pengoperasian pengelolaan kota. Interpretasi peristiwa dan visualisasi informasi akan memastikan kualitas hidup yang berkesinambungan dan lebih tinggi dalam lingkungan urban. Hal ini akan membuat para peneliti di bidang serupa mampu bekerja lebih kohesif dalam membentuk mekanisme kolaboratif jangka panjang. Hal ini akan mengarah pada proyek yang menarik yang akan memberikan pengetahuan baru dalam penanganan jaringan data yang dapat ditingkatkan skalanya. Hal ini akan memposisikan para peneliti Australia dan Indonesia secara strategis pada garis depan dorongan internasional menuju smart cities, dan mengkonsollidasikan keunggulan mereka dalam penelitian yang inovatif.
Tujuan utama penelitian adalah untuk membentuk Jaringan Penelitian Australia-Indonesia di bidang Smart Cities. Membangun pengalaman dari kesuksesan Jaringan Penelitian Australian Research Council mengenai Sensor Pintar, Jaringan Sensor dan Pemrosesan Informasi (ISSNIP, dengan lebih dari 200 peneliti dari seluruh dunia), usulan jaringan tersebut berusaha menciptakan kolaborasi antara dua negara. Khususnya, jaringan ini akan mengembangkan proyek yang menyediakan solusi baru untuk pemonitoran, analisis, dan interpretasi data smart city. Untuk melakukan hal tersebut, jaringan akan membentuk basis kolaborasi antara University of Melbourne dan para mitranya.
Program akan mengkaji integrasi teknologi dengan membangun paradigma baru dari axis data-informasi-pengetahuan-aksi, dibantu dengan transformasi pengumpulan data yang efisien menjadi informasi dan pengetahuan melalui teknologi penginderaan baru dan kemampuan untuk menginterpretasi.
Lokakarya mengidentifikasi permasalahan utama di berbagai kota di Indonesia, termasuk transportasi, layanan kesehatan dan tata kelola. Transportasi adalah salah satu permasalahan utama yang dihadapi penduduk Indonesia. Jalan yang sempit dan peningkatan kepadatan lalu lintas membuat jalur transportasi nyaris berhenti. Permasalahan yang terkait adalah bencana alam yang sering kali memperlambat pengembangan transportasi dan pertumbuhan ekonomi. Layanan kesehatan merupakan permasalahan lainnya yang membutuhkan perhatian. Hal ini meliputi kebutuhan edukasi kesehatan dan kebersihan untuk menangani kesenjangan keterampilan dan pengetahuan di antara populasi kota. Pemerintahan merupakan faktor penting ketiga, dengan permasalahan yang meliputi ketidakmampuan anggaran pemerintah untuk mendanai penelitian yang dibutuhkan dan pengembangan proyek. Permasalahan serupa juga terjadi di kota-kota di Australia, termasuk transportasi umum, peningkatan biaya energi, dan permasalahan dalam kerangka intergrasi untuk memastikan kesinambungan, kelayakan hidup dan produktivitas.
Smart cities telah menjadi wacana upaya untuk mengatasi permasalahan urban di negara berkembang dan negara maju. Empat tantangan utama yang diidentifikasi dalam membangun smart cities yaitu:
- Data yang tidak memadai akibat perencanaan yang tidak tepat atau kegagalan sistem.
- Data yang tidak memadai karena permasalahan dengan sistem atau sensor atau komunikasi
- Data yang tidak benar karena kesalahan sistem atau permasalahan dengan sensor
- Kurangnya daya komputasi.
Memberikan analisis real-time merupakan tantangan besar. Smart cities menyatukan berbagai sistem yang kompleks, sehingga perlu ada algoritma analisis dengan tingkat intelijen dan tingkat adaptasi tinggi terhadap data yang tidak diketahui dan ada dalam jumlah besar.
Lokakarya telah berhasil memfasilitasi serangkaian diskusi dengan para ahli dari Indonesia dan Australia. Tema penelitian dan kepentingan umum teridentifikasi, dan peserta juga berdiskusi tentang permasalah umum dan usulan solusi yang memungkinkan. Interaksi antara dewan perkotaan dari kedua negara juga diidentifikasi sebagai tahap yang kritikal. Diskusi antara para peneliti dari University of Melbourne dan Institut Teknologi Bandung sedang berlangsung.