Moralitas Islam dan tantangan menuju demokrasi: Studi mengenai respons kelas bawah dan kelas menengah di perkotaan
Studi mengenai hubungan antara Indonesia dan Australia telah menunjukkan bahwa pemahaman bersama perlu ditingkatkan dalam banyak bidang. Salah satu bidang yang disoroti dalam Australia-Indonesia Perceptions Report 2016 menyangkut pemahaman warga Australia tentang Islam di Indonesia. Persepsi yang muncul adalah bahwa intoleransi dan konservatisme Islam di Indonesia semakin meningkat, beberapa pihak merasa bahwa hal ini berkaitan dengan dampak negatif dari ketidaksetaraan ekonomi dan/atau sentimen agama primordial yang semakin kuat.
Sebagai upaya untuk meningkatkan wawasan tentang tema-tema tersebut, studi ini menguji hubungan antara kepatuhan terhadap sikap konservatif pada moralitas Islam dan meningkatnya ketidakpastian di antara sebagian besar masyarakat Indonesia. Secara khusus, studi ini menyelidiki cara dan alasan kenapa anggota masyarakat perkotaan kelas bawah dan kelas menengah yang lebih muda dan lebih berpendidikan tertarik pada ide-ide dan retorika organisasi Islam konservatif dan ekstrim.
Studi ini melakukan survei terhadap 600 orang yang berpartisipasi dalam aksi massa bermotivasi keagamaan terbesar dalam sejarah Indonesia – yang memprotes mantan gubernur Jakarta yang beragama Kristen dan berasal dari suku Tionghoa, Basuki Tjahaja Purnama, yang dikenal sebagai Ahok, pada tahun 2016 dan 2017. Survei ini diikuti oleh wawancara mendalam dengan peserta terpilih. Penelitian ini memberikan penjelasan tentang motivasi mereka dan apa artinya bagi warga Indonesia di tanah air dan bagi hubungan Indonesia dengan seluruh dunia, termasuk Australia.
Studi ini dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan berikut:
- Untuk mengidentifikasi pekerjaan dan latar belakang pendidikan kaum Muslim perkotaan, kelas bawah dan kelas menengah yang terlibat dalam kegiatan kelompok Islam konservatif
- Untuk mengeksplorasi pengalaman mereka dalam menghadapi kondisi ketidakpastian
- Untuk menganalisis hubungan antara ketidakpastian dan identitas politik Islam
- Untuk memberikan rekomendasi praktis guna meningkatkan pemahaman tentang Muslim Indonesia di perkotaan
Temuan dan rekomendasi
Studi ini menggunakan metode kuantitatif (assisted survey) dan kualitatif (wawancara mendalam dan focus group discussion). Bukti empiris mengenai latar belakang sosial dan identitas politik Muslim kelas menengah dan menengah perkotaan di Indonesia dan sikap mereka terhadap masalah moral yang memiliki resonansi sosial dan politik yang lebih luas juga dikumpulkan.
Studi ini menemukan bahwa meningkatnya konservatisme Islam secara signifikan berkaitan dengan janji-janji modernitas yang gagal, termasuk fakta bahwa pendidikan belum memberikan status sosial yang lebih aman bagi banyak orang. Banyak pihak menyampaikan keluhan tentang kelompok sosial lain yang dianggap telah memperoleh akses ekonomi dan sosial secara tidak adil. Penelitian ini juga menemukan bahwa organisasi-organisasi Muslim moderat, yaitu Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama, dianggap tidak mampu menangani keluhan-keluhan umum tersebut. Demikian pula, banyak Muslim muda merasa bahwa tidak ada organisasi Islam arus utama yang mewujudkan aspirasi mereka. Oleh karena itu, narasi yang lebih konservatif menjadi menarik bagi mereka dan alhasil mulai memasuki arena politik.
Demonstrasi anti-Ahok di Jakarta tidak semata-mata bermotivasi agama, tetapi juga tidak sepenuhnya dimotivasi oleh keluhan sosio-ekonomi. Ada hubungan di antara kedua motivasi tersebut, di mana bahasa politik yang menyinggung secara religius memengaruhi sebagian besar masyarkat sehingga harus dianggap serius, serta konteks sosial yang lebih luas di mana bahasa politik ini telah menjadi lebih kuat – hingga dapat dikerahkan secara efektif oleh beberapa elit politik dalam pertarungan melawan satu sama lain. Ini memiliki implikasi penting untuk penelitian di masa depan tentang politik Islam Indonesia dan bagi para pembuat kebijakan yang memiliki ketertarikan terhadap implikasi wacana Islam garis keras pada masa depan demokrasi Indonesia.
Berdasarkan temuan-temuan ini, kami mengusulkan agar perhatian khusus diberikan pada peran pendidikan dalam membantu kaum muda Muslim secara khusus, dan warga negara Indonesia secara umum, untuk memahami efek sosial dari transformasi ekonomi neoliberal yang telah menimbulkan ketidakpastian sosial yang membuat mereka cemas. Kami juga mengusulkan penguatan dan pelatihan bagi organisasi Muslim moderat dalam mereformasi struktur sosial yang mempertahankan anggota mereka saat tekanan politik tinggi. Kami merekomendasikan agar organisasi masyarakat sipil yang berwenang dalam menangani isu-isu ini merujuk pada penelitian mendasar dalam menyusun strategi untuk mendorong agenda demokrasi bersama yang diinginkan oleh banyak warga Indonesia dan Australia.
People
-
Professor Vedi Renandi Hadiz
Professor and Convenor of Asian Studies, Faculty of Arts
The University of Melbourne -
Outputs
Outcomes
Artikel Jurnal
Hadiz, VR. ‘The Floating Ummah in the Fall of Ahok in Indonesia’ submitted to Trans: Trans-Regional and National Studies of Southeast Asia (April 2018) https://doi.org/10.1017/trn.2018.16
Rakhmani, I. ‘The Politics of Gendered Halal Consumerism in Indonesia’, submitted in April 2018 to Trans: Trans-Regional and National Studies of Southeast Asia (April 2018)
Media
The Conversation: Memasarkan moralitas dalam demokrasi Indonesia
Asian Studies Association of Australia: Marketing morality in Indonesia’s democracy
East Asia Forum: Marketing morality in Indonesia’s democracy
Channel News Asia: Marketing morality a winning strategy for Indonesian hardline groups