Bagaimana image dan stereotip memengaruhi sikap wisatawan terhadap destinasi wisata

Australia dan Indonesia mengakui potensi pertumbuhan dalam sektor pariwisata dan saling mendukung satu sama lain dalam sektor ini selama dekade terakhir. Secara khusus, pariwisata dua arah memberikan peluang ekonomi luar biasa yang dapat membawa outcome yang saling menguntungkan. Oleh karena itu, tidak mengherankan bahwa Australia dan Indonesia terus berupaya meningkatkan kerja sama pariwisata bilateral. Lebih dari 1,2 juta warga Australia mengunjungi Indonesia pada tahun 2016 dan Australia menjadi destinasi wisata paling populer ke-10 bagi turis Indonesia, dengan 150.000 pengunjung pada periode yang sama. Akan tetapi, walaupun kedua negara semakin mempromosikan destinasi baru, Bali masih menjadi destinasi paling populer di Indonesia bagi turis Australia. Demikian pula, Sydney dan Melbourne masih menjadi kota paling populer bagi turis Indonesia.

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan data bagi pengembangan kampanye pemasaran pariwisata yang berpotensi memperbarui persepsi turis Australia dan Indonesia terhadap kedua negara ini sebagai destinasi. Tujuan umumnya adalah untuk memahami cara mendorong turis Australia dan Indonesia untuk memperluas destinasi perjalanan mereka di kedua negara dan kemudian lebih memahami masyarakat dan budaya di negara tersebut.

Melalui serangkaian survei dan studi eksperimental, penelitian ini menemukan bahwa keselarasan yang lebih baik antara motivasi perjalanan turis dan image destinasi membangkitkan sikap yang lebih positif terhadap destinasi yang baru dipromosikan. Penemuan selanjutnya adalah bahwa dukungan masyarakat negara tujuan terhadap sektor pariwisata memainkan peran yang lebih signifikan saat mempromosikan destinasi baru di negara maju dibandingkan dengan negara berkembang.

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan kecocokan optimal antara image destinasi dan stereotip masyarakat untuk mengembangkan sikap positif pada turis potensial dan menentukan kondisi yang paling optimal untuk kecocokan tersebut.

Temuan ini diharapkan akan membawa wawasan baru tentang cara yang lebih baik untuk mempromosikan destinasi di kedua negara yang biasanya tidak dipertimbangkan oleh calon turis. Dengan demikian, gagasan bahwa pariwisata dapat memberdayakan perekonomian dan mendukung masyarakat dapat ditingkatkan. Keberhasilan pelaksanaan kampanye pemasaran semacam ini tidak hanya memperkuat arus pariwisata bilateral Australia dan Indonesia, tetapi juga menjangkau sektor-sektor lain seperti pertahanan, perdagangan, dan hubungan politik.

Survei ini merupakan studi pendahuluan untuk mengeksplorasi apakah pemetaan motivasi perjalanan turis dan image destinasi yang baru dipromosikan akan memengaruhi sikap seseorang terhadap tujuan wisata. Untuk memeriksa efek ini, tiga gambar destinasi wisata yang baru dipromosikan ditunjukkan kepada peserta Australia dan Indonesia setelah mereka menyebutkan alasan utama bepergian ke kedua negara dalam kunjungan terakhir mereka. Setiap gambar menggambarkan satu atribut yang mewakili image yang ingin diperlihatkan oleh destinasi tersebut. Mereka kemudian diminta untuk memilih destinasi yang akan dipertimbangkan untuk perjalanan selanjutnya. Dalam penelitian ini, kami berfokus pada tiga motivasi untuk bepergian: melihat pemandangan yang indah, menikmati kekayaan budaya, dan belanja/kuliner.

Temuan dan rekomendasi

Studi ini menemukan bahwa turis Australia yang berpergian ke Indonesia untuk menikmati kekayaan budaya memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk memilih destinasi baru yang juga terkenal dengan kekayaan budaya. Akan tetapi, temuan lainnya adalah bahwa turis yang berpergian ke Indonesia untuk ‘melihat pemandangan indah’ ​​juga bersedia mengubah kebiasaan mereka dengan memilih tujuan wisata baru yang terkenal dengan kekayaan budaya.

Turis-turis Indonesia juga memilih ‘melihat pemandangan indah’ ​​sebagai motivasi utama untuk berpergian ke Australia dan oleh karenanya cenderung memilih destinasi baru yang juga terkenal dengan pemandangan indah. Namun, sama halnya dengan turis Australia yang disurvei, beberapa orang juga dapat dibujuk untuk mengubah motivasi mereka, misalnya turis yang bepergian untuk ‘kekayaan budaya’ juga cenderung akan menjelajahi destinasi baru yang terkenal dengan pemandangan indah.

Kesimpulan utama dari penelitian ini adalah bahwa kampanye pemasaran harus memetakan motivasi wisatawan untuk bepergian dan kemudian mencocokkannya dengan image yang serupa untuk meningkatkan daya tarik destinasi ‘baru’ di kedua negara. Secara signifikan, penelitian ini juga menemukan bahwa calon wisatawan dapat dibujuk untuk mencoba pengalaman baru pada kunjungan berikutnya, termasuk yang terkait dengan ‘budaya’. Hal ini sejalan dengan temuan-temuan laporan AIC Perception.

Temuan lain yang terkait dan penting dalam studi ini adalah dukungan masyarakat destinasi tujuan terhadap pariwisata.  Secara umum, dukungan yang tinggi akan meningkatkan daya tarik destinasi wisata bagi calon pengunjung.

People

Outcomes

Seminar publik

‘Tourism between Australia and Indonesia: Understanding travellers’ motives, influences and experiences’ (Pariwisata antara Australia dan Indonesia: Memahami motif, pengaruh, dan pengalaman wisatawan), Monash University, 23 November 2018.