Tata kelola untuk transisi ramah air di Bogor Raya

Upaya untuk menjadikan praktik air perkotaan lebih berkelanjutan seringkali dianggap sebagai tantangan dalam tata kelola air, yang melibatkan pekerjaan di dalam dan antar berbagai kerangka kerja sosial, politik dan ekonomi di mana pengelolaan air perkotaan dilakukan. Pencapaian Status Kota Ramah Air memerlukan pemikiran ulang tentang cara tata kelola air perkotaan disusun dan dilaksanakan- melampaui model-model penyampaian layanan tunggal tradisional, untuk menggabungkan desain kelembagaan yang lebih fleksibel, terintegrasi dan kompleks guna merespons dan mengakomodasi infrastruktur multi-fungsional dan adaptif.

Akibatnya, transisi tata kelola air perkotaan yang luas melibatkan perubahan konseptualisasi sebagai serangkaian proses yang terkoordinasi dan bertahap. Untuk mencapai visi bersama (dalam hal ini, Bogor yang ramah air pada tahun 2045) proses-proses ini harus melibatkan banyak pelaku, lintas skala (seperti lokal dan daerah tangkapan air), dan lintas sektor (seperti perencanaan, lingkungan, kesehatan, pertanian dan desain perkotaan). Tata kelola untuk kota yang ramah air akan melibatkan pembentukan struktur inti (seperti kerangka regulasi dan kebijakan) dan proses (seperti kepemimpinan dan platform yang difasilitasi untuk berinteraksi) guna memandu dan mengarahkan keterlibatan formal dan informal serta kerja sama antara semua aktor terkait.

Metode

Tim peneliti memeriksa struktur dan proses tata kelola air perkotaan historis dan saat ini di Bogor Raya untuk menyusun panduan bagi reformasi tata kelola air di masa depan. Upaya ini melibatkan serangkaian focus group discussion dan wawancara penelitian dengan para pembuat keputusan utama untuk mendapatkan wawasan tentang struktur dan cara kerja sistem air saat ini, serta mengidentifikasi peluang untuk meningkatkan intervensi saat ini. Diskusi kelompok dan wawancara dilakukan dengan menggunakan kerangka dinamika transisi untuk membongkar struktur dan proses utama yang sedang dijalankan. Kerangka kerja ini terbukti menjadi pendekatan yang berguna dalam mengidentifikasi peluang struktural, lembaga dan pembelajaran untuk intervensi tata kelola di masa depan.

Tata kelola air perkotaan di Indonesia kompleks dan secara tradisional terfragmentasi di berbagai tingkatan: birokratis, sosial, politis dan spasial. Ini menimbulkan tantangan signifikan terhadap struktur dan dinamika kelembagaan utama. Selain itu, kita perlu menyadari bahwa tidak ada satu pendekatan yang dapat digunakan untuk semua kondisi terkait dengan tata kelola atau desain kelembagaan; sebaliknya, hal ini perlu dikaitkan dengan konteks sosial, lingkungan dan perkembangan yang relevan. Penelitian ini menggunakan alat-alat di bawah untuk memastikan adaptasi dan implementasi visi yang ramah air oleh pemerintah di Indonesia.

Hasil dan capaian

Berdasarkan kerangka kerja tersebut, penelitian ini merekomendasikan hal-hal berikut:

  • Visi dan agenda yang ramah air – Langkah pertama yang signifikan dalam mencapai tata kelola yang ramah air membutuhkan penyusunan visi bersama untuk semua aktor dan lintas skala, mengenai apa yang memungkinkan/diinginkan untuk Bogor Raya dan juga untuk Kabupaten Bogor dan Kota Bogor secara individual. Upaya dalam bidang ini sedang dilakukan tetapi membutuhkan penyelarasan.
  • Desain kelembagaan dan kerangka kerja kebijakan – Rekomendasi yang diberikan adalah agar peran dan tanggung jawab banyak organisasi (termasuk pemerintah provinsi) yang berperan dalam fungsi sistem air perkotaan Bogor Raya diperjelas lebih lanjut. Selain itu, studi lebih lanjut tentang rutinitas organisasi formal dan informal serta praktik yang digunakan untuk membentuk inisiatif air saat ini dan yang baru muncul, serta keterlibatan formal atau informal dan kerja sama kepentingan bersama di antara semua organisasi terkait perlu dilakukan.
  • Menetapkan agenda regulasi dan kepatuhan – Kepemimpinan nasional untuk memajukan layanan air perkotaan yang berkelanjutan adalah elemen penting dalam memberikan wewenang yang lebih formal bagi para pembuat keputusan yang terdesentralisasi. Target aspirasional bermanfaat, tetapi harus realistis dan relevan dengan kondisi setempat.
  • Membangun kesadaran yang lebih luas tentang beragam manfaat infrastruktur hijau – Pengambil keputusan perlu menyadari, dan memahami nilai finansial, banyak fungsi dan layanan sosial dan lingkungan yang disediakan oleh infrastruktur hijau multifungsi seperti tangki air hujan dan taman hujan.
  • Membina kepemimpinan dan ‘water champions’ – Membina kepemimpinan terdistribusi (praktik kepemimpinan bersama, kolektif dan luas) penting guna meningkatkan kapasitas untuk mewujudkan perubahan serta perlu diperkuat dan diselaraskan demi agenda bersama.
  • Platform untuk integrasi dan kerja sama administratif – proses yang terkoordinasi, difasilitasi, formal dan informal diperlukan di mana para pelaku dari berbagai organisasi dapat bersatu untuk membentuk praktik-praktik air alternatif dan inovatif.
  • Peningkatan kapasitas – Pelibatan banyak aktor (individu dan organisasi) dalam mewujudkan visi yang ramah air untuk Bogor Raya akan membutuhkan program peningkatan kapasitas khusus yang sudah disesuaikan. Peluang yang ada dan program baru untuk bertukar pengetahuan perlu dikembangkan.
  • Mendorong keterlibatan dan aksi masyarakat – Perhatian yang seksama diperlukan untuk memastikan partisipasi masyarakat yang luas, bukan hanya elit masyarakat. Contoh utama untuk membina dan meningkatkan kapasitas masyarakat adalah proses co-designmasyarakat Pulo Geulis yang dikembangkan oleh para peneliti UWC.
  • Eksperimen dan penelitian – Langkah utama untuk mengembangkan dan menguji inovasi baru, pendekatan berbasis lokasi dan teknologi adalah dengan merancang bersama joint industry, komunitas dan agenda penelitian akademik yang relevan dengan kebijakan.

People

Outputs