Fasilitas efisien dari proyek infrastruktur utama
Indonesia adalah negara dengan ekonomi terbesar di ASEAN, dengan rekam jejak politik dan ekonomi yang mengesankan selama 10 tahun terakhir. Indonesia sedang mengejar target untuk mencapai tujuan yang dirincikan di dalam Rancangan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011–2025, dan dokumen pendukungnya, Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), yang menetapkan tujuan bagi Indonesia untuk memiliki PDB lebih dari US$4 miliar di tahun 2025. Pembangunan infrastruktur ekonomi yang esensial dan inovatif dalam mencapai cita-cita ini bergantung pada pendanaan sektor swasta yang signifikan. Akan tetapi, telah terdapat estimasi proyek infrastruktur senilai $41,2 miliar yang stagnan sehingga memperlambat pertumbuhan. Mekanisme yang tersedia untuk menerapkan peraturan agraria yang baru dan proses untuk mendapat persetujuan pendanaan dan pembiayaan proyek memperlambat implementasi secara signifikan.
Proyek ini bertujuan untuk mengurangi hambatan dalam penginisiasian proyek infrastruktur. Hal ini dapat dilaksanakan dengan menguji proses untuk menginisiasi proyek infrastruktur besar di Indonesia dan membandingkan hal tersebut dengan proses lanjutan di Australia. Proyek mempertimbangkan hasil survei daring dan diskusi kelompok terbatas serta wawancara yang dilakukan dengan para senior utama pelabuhan, industri dan pegawai pemerintah di bidang perencanaan dan pengembangan pelabuhan. Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki inisiasi proyek infrastruktur dengan menginformasikan kebijakan dan pemangku kepentingan tentang potensi pertumbuhan. Fokus dari proyek ini adalah antarmuka pelabuhan/ kota di Indonesia dan Australia. Pelabuhan merupakan gerbang penting perdagangan dan hub komersial kota-kota urban. Tim peneliti menginvestigasi pelabuhan di Surabaya, Jakarta, Palu dan Melbourne serta mengindentifikasi sejumlah perbedaan utama, sinergi dan peluang yang ada di antara pelabuhan-pelabuhan tersebut.
Proyek Infrastruktur umumnya merupakan investasi signifikan di tingkat nasional dan menyediakan manfaat sosial dan ekonomi provide yang diperlukan. Para pengambil keputusan seringkali dihadapi dengan tantangan untuk menentukan prioritas dan mengalokasikan sumber daya finansial yang langka. Untuk kasus investasi seperti proyek pelabuhan, maka panduan khusus tentang berbagai isu penting dakan membantu pengambilan keputusan yang dapat memastikan bahwa nilai akan diusung dengan baik.
Metode
Di dalam proyek ini, tim melaksanakan metode penelitian kualitatif dan kuantitatif, baik melalui survei, diskusi kelompok terfokus dan wawancara mendalam, guna mengidentifikasi proyek dan inisiatif penting bagi daya saing dan kesanggupan pelabuhan internasional di Australia dan Indonesia untuk tetap bertahan. Proyek menginvestigasi berbagai keputusan investasi, kinerja pelabuhan/kota di Indonesia dan Australia, hambatan dalam keputusan investasi di kedua negara, keputusan pendanaan dan pembiayaan terkait dengan pengembangan infrastruktur pelabuhan, kesinambungan, proses pengadaan dan pembangunan kapasitas.
Di dalam proyek ini, tim menemukan temuan bahwa selain dari mekanisme pembiayaan, perlu dilakukan penentuan prioritas proyek dan inisiatif yang bersifat kritis bagi daya saing dan kemampuan bertahan pelabuhan internasional di Australia dan Indonesia.
Temuan
Ada beberapa temuan di dalam penelitian. Pertama, tidak pernah ada dana yang cukup untuk memenuhi ekspektasi terkait dengan pembangunan infrastruktur. Negara maju seperti Australia dapat siap menggalang pembiayaan untuk investasi demikian, bila investasi dijamin oleh pemerintah dengan rating kredit AAA, namun menyeimbangkan tingkat hutang dengan biaya pembiayaan yang berjalan masih tetap akan menjadi tantangan. Negara berkembang (emerging) seperti Indonesia menghadapi tantangan tambahan dalam menggalang dana karena terdapat risiko kedaulatan, persepsi tata kelola dan kedalaman dari pasar keuangan negara. Opsi yang ada bagi para pengambil keputusan menjadi penting. Tinjauan literatur dan refleksi dari para ahli menunjukkan bahwa opsi yang menjanjikan bagi Australia dan Indonesia meliputi investasi yang diusung oleh pemerintah, pinjaman antar negara, kemitraan publik swasta, lahan industri terpadu (atau lokasi gabungan zona pelabuhan industri), zona pajak khusus dan daur ulang aset. Beberapa opsi tersebut telah diadopsi dengan berbagai tingkat kesuksesan di kedua negara.
Proyek mengamati bahwa model penjualan aset merupakan mekanisme pembiayaan yang efektif bagi pembangunan infrastruktur pelabuhan di Australia, dimana sewa aset menjadi salah satu opsi penjualan aset lain yang paling diminati. Beberapa faktor awal penting yang ditemui adalah hal ini akan bermanfaat bagi Indonesia. Isu penting terkait dengan keputusan infrastruktur pelabuhan Australia adalah memfasilitasi dan mengarahkan investasi menuju konektivitas dengan darat dengan wilayah di baliknya.
Penelitian di Australia menemukan bahwa efek pemfasilitasi dari mengarahkan investasi menuju perhubungan darat sebagai upaya peningkatan operasional pelabuhan merupakan hal yang penting. Transportasi adalah prioritas dimana dana investasi perlu diarahkan dengan baik. Pengurangan hambatan kemacetan lalu lintas di jalan dan rel di dekat pelabuhan juga perlu diatasi dengan baik. Penelitian juga mengidentifikasi pentingnya investasi pada konektivitas rel dan halan sebagai cara untuk meningkatkan operasi pelabuhan. Meski demikian, menggunakan rel sebagai moda utama transportasi angku ke dan dari pelabuhan merupakan tantangan tersendiri. Jaringan rel saat ini memprioritaskan penumpang kereta daripada fasilitas pengangkutan barang, sehingga dapat berujung pada peningkatan waktu dan biaya sebagai bentuk gangguan mata rantai pasokan. Solusi yang mungkin dilakukan adalah mengembangkan hub darat yang berlokasi di wilayah industri sekaligus pergudangan.
Opsi pembiayaan yang tersedia bagi proyek infrastruktur di Indonesia berbeda dengan yang ada di Australia. Penelitian ini menampung masukan dari para pemangku kepentingan pelabuhan laut Indonesia tentang isu, hambatan dan peningkatan pembiayaan infrastruktur pelabuhan serta cara pembiayaan yang paling efektif untuk proyek infrastruktur pelabuhan. Dari semua opsi pembiayaan yang ada, nampaknya sindikasi bank domestik Indonesia dan skema kemitraan publik swasta dengan dukungan pemerintah menjadi dua kendaraan pembiayaan yang paling dinanti-nantikan. Namun demikian, kenyataannya penelitian kami menunjukkan bahwa bank domestik memiliki kapasitas yang terbatas dan skema kemitraan publik swasta masih belum efektif.
Studi di Indonesia mengindikasikan bahwa ada dukungan untuk kebijakan pemerintah yang memfasilitas investasi, bahwa standarisasi dokumen telah menjadi inisiatif yang paling bermanfaat di dalam paket reformasi pemerintah agar dapat mengurangi biaya logistik dan biaya angkut barang yang tinggi, dan bahwa korupsi, birokrasi dan ketidakstabilan politik merupakan masalah dukungan pemerintah yang paling utama. Daya saing pelabuhan juga menjadi faktor penting bagi pengambil keputusan di Indonesia, berhubung sebagian besar lalu lintas kontainer berangkat menuju hub regional seperti Singapura. Model daya saing pelabuhan Indonesia telah dikembangkan. Hal yang diidentifikasi sebagai kekuatan daya saing pelabuhan dan terminal adalah produktivitas dan kecepatan layanan, sementara hal yang dianggap sebagai kelemahan terdiri dari transportasi, konektivitas jalan, manajemen efisiensi, izin bea cukai, energi infratsruktur dan perbaikan operasional.
People
Outputs
Journal articles
Hui, F., Duffield, C., Wilson, S. (2018). Port Competitiveness and Financing Research Workshop Proceedings of the Port Competitiveness and Financing Workshop. Report number 180404, ISBN No 978 0 7340 54319.
Hui, F., Duffield, C., Aye, L. (2019). Engaging Employees with Good Sustainability: Key Performance Indicators for Dry Ports. Sustainability, 11, 2967; doi:10.3390/su11102967.