Evaluasi teknologi energi dari biomassa dan sampah

Proyek bertujuan untuk mengkaji berbagai teknologi pembangkit listrik, dari biomassa dan sampah di Indonesia. Beberapa tujuan proyek ini meliputi:

  • Mengidentifikasi jenis dan jumlah bahan bakar fosil yang dapat disubstitusikan dengan biofuel.
  • Mengkarateristikkan biomassa dan sampah yang tersedia.
  • Mengidentifikasi teknologi yang sesuai.
  • Mengidentifikasi masa depan penelitian.

Proyek menggabungkan kajian literatur, pengumpulan data dari sumber sekunder (lembaga di tingkat pusat dan daerah di Indonesia), dan beberapa pengumpulan data primer dari survei terbatas. Sistem perencanaan energi alternatif rentang panjang (long-range energy alternatives planning – LEAP) digunakan untuk membuat model bauran energi Indonesia dan memprediksi tingkat permintaan terhadap energi hingga 2025.

Kajian teknologi biomassa untuk energi diperpanjang hingga mengkaji valuasi ekonomi sumber dayanya itu sendiri. Valuasi ekonomi ini dianggap penting karena kajian teknologi erat kaitannya dengan nilai ekonomis. Data dikelompokkan ke dalam tiga wilayah, antara lain JAMALI (termasuk Jawa, Madura, Bali), Wilayah Barat (termasuk Sumatra, dan Kalimantan), Wilayah Timur (termasuk Sulawesi, Maluku, Papua). Mempelajari distribusi dan jenis biomassa dan sampah di wilayah tersebut membantu mengidentifikasi potensi teknologi yang dapat diterapkan. Sebagai contoh, minyak kelapa sawit, sampah pemrosesan minyak kelapa sawit dan residu perkebunannya berpotensi sebagai feedstock bioenergi. Kondisi ini lebih sesuai untuk Wilayah Barat, dimana sampah pertanian dan kotoran ternak lebih sesuai di JAMALI. Teknologi konversi di wilayah-wilayah tersebut juga akan berbeda. Daftar rekomendasi teknologi disediakan, dan outcome dikomunikasikan di dalam dua makalah.

Para peneliti menginvestigasi biomassa dan sampah yang tersedia, bersama dengan berbagai pertimbangan sosial, finansial dan lingkungan. Proyek ini relevan karena Indonesia saat ini merupakan importir netto bahan bakar fosil meskipun kaya sumber daya biomassa dan sampah yang dapat digunakan untuk pembangkit tenaga listrik. Selain itu, Australia memiliki teknologi, keahlian dan praktik terbaik dalam menggunakan biomassa dan sampah sebagai sumber energi. Dengan menggabungkan pembelajaran dari Australia dengan keahlian di Indonesia, maka proyek memberikan potensi informasi berharga bagi para pembuat kebijakan Indonesia di bidang energi, sekaligus menyempurnakan penerapan teknologi Australia di negara-negara berkembang.

Estimasi potensi jumlah total sumber daya biomassa hutan sebagai feedstock untuk bioenergi pada 2013 mulai dari 104 hingga 177 petajoule, dengan rata-rata sebesar 132 petajoule. 50,4 persen diantaranya diambil dari residu panen dan sisanya dari residu pemrosesan kayu. Propinsi Riau memiliki potensi bioenergi terbesar, diikuti dengan Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Jawa Timur, Sumatera Selatan, Jawa Tengah, dan Jambi, dengan jumlah potensi bioenergi hingga 87 persen. Selain itu, tiga pulau besar mencapai jumlah potensi bioenergi sebesar 95 persen. Pulau-pulau tersebut adalah Sumatera, Kalimantan dan Jawa (berurutan dari potensi terbesar ke terkecil). Nilai ekonomis biomassa hutan dalam bentuk pelet diperkirakan sekitar USD 5,6 per ton residu kayu. Nilai ekonomi biomassa hutan lebih peka terhadap perubahan harga pelet kayu daripada perubahan biaya pengumpulan dan penarikan residu kayu.

Hasil mengindikasikan bahwa substitusi biofuel cair untuk bahan bakar fosil di berbagai macam penerapan, termasuk untuk membangkitkan tenaga listrik, dapat berkontribusi pada konsumsi bahan bakar cair hingga 23 persen pada tahun 2025. Penggunaan biofuel dan sampah padat dapat menghasilkan tenaga listrik hingga 1091 petajoule, dari 6190 petajoule listrik yang perlu diproduksi. Ini adalah bentuk penghematan bahan bakar fosil padat sebesar 7,2 persen. Kombinasi antara biofuel cair dan padat dapat berkontribusi terhadap bauran energi primer nasional hingga mencapai 24 persen.

Ada potensi dampak buruk lingkungan, meskipun perkebunan biomassa membutuhan lahan yang luas, yaitu sekitar 22 juta hektar. Di sisi lain, ada peluang penciptaan lapangan pekerjaan bagi sekitar 14 juta orang, baik untuk menggunakan sampah dan menambahkan komponen fasilitas pembangkit listrik tenaga bahan bakar fosil yang ada saat ini, pekerjaan proses mesin mekanik dan kimiawi.

Karena sebagian besar lokasi pembangkit ada di wilayah JAMALI, sementara sumber daya biomassa cair dan padat ada di wilayah Barat dan Timur, maka perlu ada analisa lebih lanjut bila skenario ini akan diimplementasikan. Selain itu, tidak semua daerah di Indonesia sesuai untuk menanam kelapa sawit, dan populasi tidak tersebar secara merata. Kajian di masa dengan dengan model LEAP Indonesia perlu menjabarkan lokasi terperinci dari perkebunan dan distribusi fasilitas pembangkit tenaga listrik, sekaligus mengidentifikasi tingkat permintaan terhadap energi, dengan estimasi yang lebih akurat.

People

Outputs

Journal articles

Simangunsong, B.C.H., Sitanggang, V.J., Manurung, E.G.T., Rahmadi, A. , Moore, G.A., Aye, L., & Tambunan, A.H. (2017). Potential forest biomass resource as feedstock for bioenergy and its economic value in Indonesia. Forest Policy and Economics, 81, 10-17.

https://doi.org/10.1016/j.forpol.2017.03.022

Rahmadi, A., Aye, L., & Moore, G. (2013). The feasibility and implications for conventional liquid fossil fuel of the Indonesian biofuel target in 2025. Energy Policy, 61, 12-21. 

DOI: 10.1016/j.enpol.2013.06.103