Rokok di tangan-tangan kecil: Memetakan pengecer rokok di sekitar anak dan remaja di Denpasar, Bali, Indonesia
Latar Belakang Proyek
Konsumsi tembakau di Indonesia merupakan salah satu yang tertinggi di dunia, dengan jumlah yang mengejutkan sebanyak 61,4 juta perokok muda. Yang mengkhawatirkan, populasi perokok tidak hanya terdapat pada orang dewasa; dimana dua per tiga pria dewasa Indonesia merupakan perokok, satu per tiga dari remaja laki-laki usia 13-15 tahun juga perokok. Prevalensi merokok di antara mereka yang berusia 10-14 tahun meningkat dari 9 persen pada tahun 1995 menjadi 17,4 persen pada tahun 2010. Peningkatan angka kalangan anak muda yang merokok akan memberikan dampak bagi beban sosial dan ekonomi yang akan datang dari penyakit kronis.
Pada bulan Desember tahun 2012, pemerintah Indonesia mengeluarkan peraturan nasional mengenai pengendalian tembakau (peraturan pemerintah (PP) 109/2012). Sebagian besar dari tindakan pengendalian tembakau berfokus pada penyampaian sisi permintaan kendali tembakau, tanpa usaha nyata, yang meluas hingga melarang penjualan tembakau kepada anak yang belum dewasa, agar menyampaikan permasalahan dari sisi penawaran. Indonesia merupakan rumah bagi sekitar 3800 pabrik rokok, dengan keseluruhan volume eceran sebesar 238,9 juta rokok per tahun di tahun 2014. Kehadiran yang merata dari pengecer rokok, ditambah dengan rokok yang murah dan kemudahan untuk membeli rokok batangan satuan, menyebabkan anak muda sangat rentan menjadi target industri tembakau.
Ini merupakan penelitian pertama yang memberikan pemetaan visual dari pendistribusian pengecer rokok di Indonesia. Penelitian mampu untuk menyoroti tingkat ketersediaan dan aksesibilitas rokok bagi anak muda di Denpasar. Prevalensi pengecer rokok yang juga menampilkan bahan promosi rokok dan produk rokok secara ekstensif membuat anak muda terpapar akan citra merek tembakau dan produknya. Lebih jauh, praktek penjualan rokok, termasuk rokok batangan satuan, kepada anak muda merupakan hal yang lazim.
Bagi anak muda, awal kebiasaan merokok dikaitkan sebagian dengan promosi tembakau dan padatnya serta dekatnya jarak antara kios rokok dengan sekolah dan rumah. Pengecer rokok memberikan peluang promosi yang efektif, tepat pada saat krusial untuk membeli. Pemasaran di dalam toko meningkatkan kemungkinan untuk memulai merokok di kalangan anak muda dan menghambat keinginan untuk berhenti bagi para perokok yang ada. Larangan promosi pada titik penjualan, termasuk tampilan produk rokok, terbukti sebagai tindakan yang efektif untuk mengurangi merokok, terutama di antara anak muda. Oleh karena itu, untuk melengkapi tindakan pengendalian tembakau yang ada saat ini, upaya untuk menjawab permasalahan dari sisi persediaan dengan menyadari peran toko eceran rokok dalam memperkenalkan dan meneruskan kebiasaan merokok perlu dipertimbangkan dengan serius oleh pemerintah. Tim peneliti bermaksud untuk mengkaji pendistribusian toko eceran rokok dan intensitas promosi tembakau di toko eceran di Denpasar, ibukota propinsi di Indonesia. Dengan melakukan hal tersebut, penelitian bertujuan untuk memetakan jalur pendistribusian yang ada dari toko eceran rokok di Denpasar serta iklan dan promosi rokok pada tingkat toko eceran tembakau, dengan perhatian khusus kepada wilayah dengan konsentrasi anak dan remaja yang tinggi. Penelitian dilakukan antara bulan Oktober tahun 2017 dan Maret tahun 2018.
Metode
Proyek tersebut dilakukan dalam dua tahap:
- Mendokumentasikan dan memetakan toko eceran rokok dan sekolah yang ada di Kota Denpasar. Pengumpulan data dilakukan dengan daftar pemeriksaan elektronik yang menggunakan perangkat open data (open data kit – ODK).
- Mengaudit iklan dan promosi tembakau pada 1000 toko eceran terpilih. Setelah memilih 1000 toko eceran secara acak dari daftar yang dipetakan pada tahap pertama, tim melakukan survei audit untuk mendokumentasikan iklan, promosi, harga serta perilaku toko eceran. Audit mencakup observasi yang dilengkapi dengan pengambilan foto secara digital dan wawancara terstruktur dengan kuesioner.
Temuan
Tim peneliti memetakan sejumlah total 4114 toko eceran (selain restoran dan hotel), dengan tingkat kepadatan toko eceran rokok yang tinggi yaitu sebesar 32,2 kios per kilometer persegi. Kepadatannya bahkan lebih tinggi pada wilayah yang padat penduduknya. Ada sekitar lima toko eceran tembakau untuk setiap seribu orang di Denpasar.
Mayoritas sekolah di Denpasar (367 dari 379) memiliki setidaknya satu toko eceran rokok berjarak 250 meter, dengan dua per tiga sekolah memiliki toko eceran dalam jarak 100 meter. Secara rata-rata, ada 10 toko eceran rokok yang berjarak 250 meter dari tiap sekolah, dengan satu sekolah memiliki 44 toko eceran dalam radius 250 meter.
Penelitian mendokumentasikan kepadatan tinggi dari pengiklanan rokok, baik di luar maupun di dalam toko eceran. Dari 1000 toko eceran yang diaudit, 674 toko menampilkan iklan rokok di luar toko, dan hampir semua toko eceran, 989 dari 1000, menampilkan iklan di dalam toko, termasuk tampilan rokok pada titik penjualan. Format yang paling umum dari iklan di luar ruangan adalah pada spanduk, yang mana sebagian besar toko eceran menampilkan rokok. Lebih dari sebagian toko eceran baik pada kios dan toserba mini mengakui menjual rokok kepada anak muda, dan toko eceran mengakui menerima insentif dari perusahaan tembakau untuk penjualan rokok dan menampilkan iklan.
Kesimpulan
Kehadiran toko eceran di mana-mana menandakan bahwa rokok mudah diakses dan diterima secara sosial. Faktor keberhasilan utama dalam pengendalian tembakau ialah dengan mengubah norma sosial yang terdapat pada kebiasaan merokok untuk memastikan bahwa merokok dianggap sebagai perilaku yang tidak dapat diterima, terutama di kalangan anak muda. Banyak negara telah menerapkan larangan penuh atas iklan tembakau, termasuk yang ada pada titik penjualan. Satu contoh dari hal ini ialah di Australia, dimana iklan rokok itu dilarang dan rokok tidak boleh ditampilkan pada titik penjualan. Upaya ini telah berkontribusi terhadap penurunan drastis konsumsi rokok pada anak muda di Australia.
Tim peneliti merekomendasikan agar pemerintah Indonesia segera menerapkan larangan pengiklanan dan promosi tembakau yang komprehensif, termasuk pada titik penjualan. Selain itu, pemerintah patut memprioritaskan pelaksanaan larangan rokok kepada anak muda dan pengembangan kerangka legislatif untuk mengurangi kepadatan toko eceran rokok.
People
Outputs
Other Outputs
Report
- ‘Cigarettes in Small Hands’ The Australia-Indonesia Centre (2018): https://doi.org/10.4225/03/5b160ad26c1a2
- Indonesian version: https://monash.figshare.com/articles/Seruan_untuk_Kebijakan_Pengaturan_Tempat_Penjualan_Rokok_di_Indonesia_Hasil_Penelitian_dan_Rekomendasi_Kebijakan_/6444467