Studi kasus: Strategi transisi Situ Front City menjadi WSC
Kota Cibinong merupakan ibu kota dari Kecamatan Cibinong dan Kabupaten Bogor, dengan luas 57 hektare. Kota Cibinong memiliki beberapa danau besar dengan jumlah penduduk 357.000 orang. Di Cibinong, Dinas Perencanaan Kabupaten Bogor merencanakan proyek pembangunan besar di sepanjang danau Situ Cikaret dan Bentenan, yang dinamakan Situ Front City (SFC). Proyek ini merupakan salah satu daerah pembangunan perkotaan utama di Kabupaten Bogor.
Rencana induk didasarkan pada desain yang dibuat oleh pemenang kompetisi dan pembangunan akan dimulai pada tahun 2020. Rencana induk SFC mencakup prinsip-prinsip dasar desain perkotaan yang ramah air dalam lanskap dan desain ruang publik menggunakan teknologi hijau untuk memberikan kinerja lingkungan yang lebih baik dalam pembangunan perkotaan. Akan tetapi, rekomedasi rencana induk tidak didasarkan pada pemodelan hidrologi dan hidrolik, yang sangat penting untuk implementasi infrastruktur hijau yang lebih baik dan untuk memahami sistem air di daerah tersebut. Cluster Air Perkotaan memberikan serangkaian rekomendasi agar rencana induk SFC lebih ramah air dan mendukung transisi Cibinong menjadi Kota Ramah Air.
Tim peneliti mengidentifikasi beberapa masalah yang dihadapi dalam pembangunan. Masalah pertama adalah polusi, karena sebagian rumah membuang air limbah secara langsung ke danau. Masalah kedua adalah tidak adanya jalan yang menghubungkan tepi danau dan daerah sekitarnya, di mana tepi danau tidak secara aktif digunakan oleh penduduk setempat. Masalah ketiga terkait kurangnya pemodelan hidrologi dalam proses perencanaan induk. Seiring dengan usulan perubahan besar pada badan air, analisis hidrologis menyeluruh untuk area tersebut sangat diperlukan. Masalah keempat dalam pembangunan adalah kurangnya studi mengenai kapasitas debit air. Untuk tingkat perubahan yang diusulkan oleh pembangunan, studi tentang kapasitas air yang memadai masih kurang.
Metode
Tim peneliti menggunakan alat analisis spasial dan sosial untuk memberikan rekomendasi bagi penciptaan kota yang ramah air. Dimulai dengan focus group discussion untuk menetapkan visi, pemetaan masyarakat dikembangkan bersama dengan Indeks Kota Ramah Air dan Analisis SWOT. Pemetaan penggunaan lahan dilakukan untuk memberikan gambaran tentang teknologi hijau yang dapat digunakan dan implementasi infrastruktur hijau. Pemodelan hidrologi, termasuk model neraca air dan penggunaan alat untuk alokasi infrastruktur hijau, dilakukan dan skenario juga dikembangkan. Umpan balik tentang skenario untuk alokasi dan penggunaan ruang publik disampaikan dalam forum yang melibatkan anggota masyarakat. Wawancara dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang proses pemerintah terkait pengelolaan air.
Hasil dan capaian
Perencanaan kota
Kota-kota dapat memberikan banyak peluang bagi perkembangan masyarakat dan ekonomi. Sejak desentralisasi tata kelola dan pengalihan sebagian wewenang regulasi, kota memperoleh wewenang untuk secara signifikan memengaruhi lingkungan bisnis dan memperbaiki regulasi. Dengan infrastruktur, kebijakan, dan penegakan hukum yang terencana secara efektif, urbanisasi dapat mengarah pada peningkatan efisiensi, peluang, akses ke layanan, dan kualitas hidup yang baik bagi masyarakat.
Desain kota
Para peneliti membuat sejumlah rekomendasi untuk desain ruang publik yang lebih baik untuk rencana induk SFC dan pembangunan kota yang serupa. Antara lain:
- Mencakup teknologi hijau berdasarkan model hidrologi dan model neraca air.
- Memberikan rencana alternatif untuk mengatasi tantangan terkait perubahan pola iklim.
- Mengeksplorasi potensi sumber air alternatif (terutama panen air hujan) dalam desain perkotaan untuk menyediakan ruang publik yang lebih beragam dan mudah beradaptasi dan mengurangi kebutuhan air untuk keperluan selain minum.
- Memasukkan pendekatan untuk WSUD yang diusulkan dalam rencana induk SFC dalam peraturan perencanaan agar dapat diterapkan secara luas dalam proyek-proyek serupa lainnya dan memberikan pedoman untuk pemanfaatan teknologi hijau.
- Memantau kinerja teknologi hijau yang diterapkan dalam pembangunan perkotaan baru.
Lingkungan yang dibangun
Pemerintah dapat memasukkan penilaian dari Green Building Council Indonesia, yang didirikan pada tahun 2009 oleh para profesional di bidang desain bangunan dan konstruksi yang peduli dengan penerapan konsep bangunan hijau. GBC Indonesia memberi peringkat untuk bangunan dan lingkungan dengan menggunakan enam indikator berikut: pengembangan lokasi yang sesuai; efisiensi dan konservasi energi; konservasi air; sumber daya dan siklus material; kesehatan dan kenyamanan udara dalam ruangan; manajemen bangunan dan lingkungan.
Pemberdayaan masyarakat
Beberapa rekomendasi untuk strategi partisipasi masyarakat yang lebih berhasil untuk rencana induk SFC dan pembangunan perkotaan serupa lainnya adalah: partisipasi masyarakat yang lebih aktif sejak tahap awal proses perencanaan; menstimulasi ekonomi daerah dengan memasukkan perdagangan yang ada ke dalam area komersial dari rencana induk; dan mempertahankan daerah produktif yang ada di daerah tersebut, terutama sawah yang terletak di antara Situ Cikaret dan Situ Bantenan.