Studi kasus: Sentul City
Sentul City adalah perumahan kelas atas yang dibangun oleh perusahaan swasta. Terletak di daerah pegunungan, dekat dengan Gunung Salak dan Gunung Mas, perumahan ini dekat dengan jalan tol dan memiliki 8000 penghuni tetap yang tinggal dan bekerja di Jakarta atau Bogor. Perumahan ini juga berfungsi sebagai resor, sekitar 1000 orang warga tinggal di Jakarta pada hari kerja dan menggunakan Sentul City sebagai temat untuk berakhir pekan. Sentul City juga mencakup Sembilan desa dan banyak penduduk desa dipekerjakan untuk bercocok tanamdi lahan kosong. Kota ini diproyeksikan akan menambah luas wilayahnya hingga lima kali lipat dari luas saat ini, yakni 3020 hektare, untuk mencakup area seluas 15.000 hektare.
Pola hidup yang berkualitas tinggi, berkelanjutan dan hijau merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari rencana pembangunan Sentul City. Aspirasi umumnya adalah untuk menjadi pionir Global Green City yang mewujudkan desain perkotaan yang ramah air (WSUD). Terletak di daerah perbukitan, proyek ini dikelilingi oleh banyak tanaman hijau berupa hutan dan lahan pertanian. Lahan kosong untuk pembangunan di masa depan saat ini digunakan untuk bercocok tanam dan sebagai tempat tinggal bagi desa-desa setempat. Walaupun ada rencana untuk pertumbuhan yang tinggi dan perluasan, manajemen Sentul City bermaksud untuk mempertahankan ruang terbuka hijau sebanyak 60 persen, termasuk ruang terbuka biru.
Visi Sentul City adalah untuk menjadi kota yang hijau, ramah lingkungan dan berkelanjutan. Secara khusus, kota yang berkelanjutan ini akan berfokus pada tiga aspek; Agropolitan, Technopolis, dan Aquapolitan. Masalah utama yang sedang dihadapi Sentul City untuk menjadi kawasan yang lebih ramah air adalah: tanah yang tidak stabil dan tanah longsor; limpasan air hujan yang tinggi; persediaan air yang terbatas; dan manajemen pertumbuhan di masa depan.
Sentul City sudah memasukkan beberapa sistem hijau atau ramah lingkungan. Beberapa telah diterapkan karena alasan estetika tetapi dapat diadaptasi untuk fungsi pengolahan air dan penyimpanan air. Inisiatif-inisiatif tersebut meliputi atap hijau dan kebun vertikal, penggunaan teknologi hijau, saluran-V, saluran yang ditanami tumbuh-tumbuhan dan sungai buatan, pertanian perkotaan, danau retensi dan pembangunan rekreasi air.
Karena masyarakat dianggap sebagai faktor penting dalam menjadi Kota Ramah Air (WSC), masyarakat Kota Sentul juga harus diberdayakan untuk mendukung leapfrogging Kota Sentul dan Bogor Raya menuju WSC melalui pelatihan, simulasi, dan sosialisasi. Selain itu, masyarakat harus dilibatkan dalam penyusunan peraturan untuk Sentul City untuk membangun rasa memiliki dan kesediaan untuk mematuhi peraturan.
Pasokan air merupakan masalah yang sangat penting. Saat ini, Sentul City bergantung pada sumber daya air yang dipasok oleh PDAM. Pasokan tidak mencukupi untuk memenuhi permintaan, terutama di musim kemarau, sehingga 8000 penduduk tetap yang tinggal di Sentul menghadapi kekurangan air. Dengan mempertimbangkan hal ini, berbagai opsi pasokan air sangat perlu dikembangkan.
Perusahaan swasta juga terlibat dalam penyediaan air karena layanan PDAM tidak mencakup seluruh masyarakat. Secara khusus, industri dan hotel cenderung menggunakan perusahaan untuk memasok air dari sumur dalam. Walaupun akses air tanah tersedia, rumah-rumah di Sentul City dilarang menggali sumur.
Air hujan diambil dari kota melalui jaringan saluran, sebagian besar saluran beton terbuka berbentuk persegi panjang dengan berbagai ukuran. Saluran ini awalnya dibangun sebagai jaringan distribusi irigasi pada zaman penjajahan. Dengan demikian, mereka tidak dibangun untuk tujuan drainase, yang mengarah ke isu-isu terkait kurangnya konektivitas dalam jaringan, inefisiensi dan konfigurasi drainase yang kurang ideal. Pada skala kecil, masyarakat sering membangun saluran drainase sendiri dan mengelolanya sendiri.
Endapan dan sampah juga ditemukan pada jaringan drainase. Limpasan air hujan perkotaan yang belum diolah dan air limbah domestik juga ikut terbawa. Manajemen swasta Sentul City membangun instalasi pengolahan untuk melayani masyarakat dalam pengelolaan air limbah. Akan tetapi, instalasi yang relatif kecil tersebut saat ini tidak berfungsi. Instalasi tersebut hanya digunakan dalam keadaan darurat dan hanya mampu mengolah sebagian kecil air limbah (sekitar 10 persen). Oleh karena itu, rumah baru dibangun dengan septic tank dan bangunan komersial diharuskan untuk membangun instalasi pengolahan air limbah sendiri. Saat ini jumlah limbah padat yang dihasilkan sekitar tujuh ton per hari.
Tim peneliti menggunakan beberapa alat analisis, termasuk masyarakat atau pemangku kepentingan dan alat analisis lokasi, solusi teknologi ramah lingkungan dan model neraca air.
Hasil dan capaian
- Peluang komersial telah diwujudkan melalui pendekatan inovatif untuk pengelolaan air di Sentul City. Air merupakan fitur utama dari Pasar Ah Poong, sementara kebun vertikal menyediakan fitur estetika yang terkenal di Aston Hotel dan Savana Hotel.
- Pembangunan swasta kelas atas memberikan peluang bagi setiap rumah tangga untuk menanggung biaya pembangunan dan pemeliharaan sistem.
- Teknologi pengolahan air hijau dapat menjadi motivasi bagi pembeli, baik swasta maupun komersial.
- Sebagian besar dari sistem yang ada menyediakan ruang lingkup bagi modifikasi untuk pengolahan dan penyimpanan air. Misalnya, konversi saluran-V menjadi sengkedan dan sistem bioretensi.
- Ruang terbuka dan tanaman hijau yang ada akan memfasilitasi pengadopsian teknologi masa depan. Tidak seperti besar wilayah Bogor, ketersediaan lahan untuk sistem tidak menjadi batasan utama.
- Ada potensi tinggi untuk mengadopsi teknologi secara luas sebagai bagian dari pertumbuhan besar di masa depan di Sentul City. Jika desain sistem dimasukkan ke dalam proyek sejak awal, hal tersebut juga akan secara signifikan mengurangi biaya akibat pemasangan tambahan .
- Preferensi tradisional dan ketergantungan pada sumber air tertentu (seperti pasokan PDAM atau air tanah di daerah-daerah lain di Bogor) tidak boleh menjadi penghalang dalam menggunakan pasokan air alternatif (seperti skema pemanenan air hujan) yang akan mendiversifikasi pasokan dan meningkatkan ketahanan terhadap perubahan pasokan di masa depan. Pendidikan masyarakat, penelitian pendukung (misalnya yang menunjukkan kualitas limpasan air hujan dari atap) dan proyek percontohan akan membantu mendorong pengadopsian opsi pasokan air baru.