Studi kasus: Griya Katulampa
Griya Katulampa adalah pemukiman yang terletak di Desa Katulampa di Kabupaten Bogor Timur, Kota Bogor. Pemukiman ini dibangun pada tahun 1992, dengan 460 rumah yang ditinggali 2257 orang. Pasokan air disediakan oleh PDAM. Griya Katulampa adalah komunitas dengan potensi besar dalam kaitannya dengan air, mengingat posisinya yang strategis antara Sungai Kali Baru dan Sungai Ciliwung. Masyarakat setempat telah menunjukkan kerja sama yang kuat dalam melindungi lingkungan dan inisiatif dalam menjaga lingkungan, terutama terkait sumber daya air, seperti menggunakan sumber air alternatif dari mata air yang ada dan membangun sistem distribusi.
Dengan potensinya, Griya Katulampa dapat memberikan pelajaran berharga dalam pengelolaan sumber daya air untuk menjadi Kota Ramah Air. Ada kesempatan untuk memberikan saran untuk pengelolaan limbah yang lebih baik di Griya Katulampa, menggunakan infrastruktur hijau seperti lahan basah yang dibangun, biofilter dan bioswales untuk mengurangi polusi air ke sungai dan limpasan air hujan.
Saat ini, Griya Katulampa telah melaksanakan proyek percontohan untuk bioretensi pada skala komunal dan rumah tangga. Proyek percontohan ini telah berhasil mengurangi limpasan air hujan di daerah tersebut. Cluster Air Perkotaan juga mengeksplorasi kapasitas panen air hujan di tingkat komunal dan rumah tangga serta menemukan bahwa metode ini berpotensi besar untuk mengurangi ketergantungan pada air perkotaan untuk keperluan selain air minum, seperti irigasi, pembilasan toilet dan kolam ikan.
Konsep leapfrogging adalah rute alternatif yang menarik dengan relevansi khusus untuk kota-kota dengan sistem pengelolaan air yang kurang berkembang. Dengan leapfrogging, sebuah kota dapat melompati jalur transisi tradisional dari desain dan manajemen infrastruktur utama yang tersentralisasi, serta langsung berfokus pada infrastruktur yang lebih berkelanjutan yang terdesentralisasi dan disesuaikan untuk konteks lokal, menghindari konsekuensi sosial dan lingkungan yang menyertai jalur-jalur ini.
Leapfrogging adalah “situasi di mana negara industri baru belajar dari kesalahan negara maju dan secara langsung menerapkan sistem produksi dan konsumsi yang lebih berkelanjutan, yang didasarkan pada teknologi yang inovatif dan lebih efisien secara ekologis”. Leapfrogging sebagai strategi transisi berpotensi untuk maju ke tahap yang ditandai dengan produktivitas, ketahanan, keberlanjutan, dan kelayakan hidup yang lebih tinggi.
Kesulitan bagi negara-negara maju untuk menjadi Kota Ramah Air (WSC) adalah karena ketergantungan pada jalur teknologi dan kelembagaan mengarah ke perubahan yang bertahap, seringkali hanya mengoptimalkan praktik yang tidak berkelanjutan dengan potensi terbatas untuk mewujudkan perubahan sistemik. Sunk cost dan kepentingan pribadi sangat tinggi melalui investasi puluhan tahun yang telah menyelaraskan organisasi, peraturan perundang-undangan dan infrastruktur dengan serangkaian praktik tertentu dan ‘mengunci’ status quo. Peluang untuk negara-negara berkembang untuk leapfrogging berasal dari tingkat investasinya yang relatif rendah dalam sektor infrastruktur dan kelembagaan tradisional, oleh karena itu praktik-praktik yang ada kurang mengakar dan mereka lebih mudah menerima praktik-praktik yang ramah air.
Hasil dan capaian
Langkah-langkah berikut direkomendasikan agar Griya Katulampa dapat melakukan leapfrogging secara efektif menjadi kota yang ramah air:
- Perwujudan organisasi, pelibatan, inisiatif, pengelolaan mandiri dan swadaya masyarakat. Dengan cara ini, inisiatif dapat diwujudkan tanpa perlu mengandalkan dukungan pemerintah.
- Transfer pengetahuan lebih lanjut ke komunitas pengelolaan air dan keahlian terkait dengan mengembangkan dan mengoperasikan sistem tersebut. Pengamatan masyarakat tentang kualitas mata air menunjukkan pengetahuan lokal.
- Menanamkan secara lebih lanjut mengenai pentingnya air kepada masyarakat untuk memastikan bahwa mereka memiliki kepentingan yang nyata dalam menjaga kuantitas dan kualitas sumber daya air. Kepentingan ini mendorong pemeliharaan sistem yang berkelanjutan dan setiap rumah tangga turut serta dalam pemeliharaan.
- Memperlihatkan manfaat ganda yang diberikan oleh sistem pasokan dan pengolahan air pasif dan alami. Sistem di Griya Katulampa dianggap memberikan nilai tambah bagi masyarakat yang hidup di daerah tersebut dan diharapkan akan menaikkan harga properti.
- Passive gravity-fed system menghindari biaya operasional yang cenderung tinggi.
- Budidaya ikan di kolam untuk membantu mencegah pertumbuhan populasi nyamuk karena ikan memakan jentik nyamuk.
- Pemahaman lebih lanjut tentang faktor pendorong utama motivasi diri masyarakat akan sangat berharga untuk mempromosikan hal ini di komunitas lain.