Benchmarking Bogor Raya dengan menggunakan Indeks Kota Ramah Air
Ringkasan proyek
Pemahaman yang lebih baik tentang sistem kota yang ada saat ini dan upaya untuk membandingkannya dengan praktik terbaik diperlukan saat kota berusaha mengadopsi pendekatan ramah air. Bogor Raya di Indonesia dijadikan benchmark dan digambarkan sebagai bagian dari Cluster Air Perkotaan Australia-Indonesia Centre menggunakan alat baru yang dikembangkan untuk tujuan ini – Indeks Kota Ramah Air (WSC).
Kerangka kerja WSC mengakui bahwa pengelolaan sistem air memiliki potensi yang belum dimanfaatkan bagi kehidupan perkotaan, keberlanjutan, produktivitas, dan ketahanan. Kota-kota ramah air berupaya untuk meningkatkan keanekaragaman hayati, mendorong komunitas agar saling terhubung dan membangun makna budaya. Kota-kota ini juga menjaga kebersihan saluran air, mengurangi risiko banjir dan menciptakan ruang hijau publik multi-fungsi. Pada akhirnya, kota ramah air mengakui bagaimana air dapat memenuhi kebutuhan dasar masyarakat dan berkontribusi pada terciptanya masyarakat yang terhubung, giat, dan layak huni.
Metode
Indeks WSC dikembangkan oleh Australian Government’s Cooperative Research Centre for Water Sensitive Cities. Pendekatan holistik dan terintegrasi diperlukan untuk benchmarking sistem air, mengukur kinerja 34 indikator yang mencerminkan atribut WSC. Indikator-indikator ini disusun di bawah tujuh tujuan tematik untuk membantu mengelompokkan proses penilaian. Penilaian mencakup pelibatan pemangku kepentingan sektoral utama, penilaian ahli dan evaluasi bukti untuk menentukan skor (skala 1-5) bagi setiap indikator.
Penelitian ini didasarkan pada konsep bahwa sebuah kota akan menggunakan berbagai sistem air dalam perjalanannya menuju WSC, dan bahwa sebuah kota dapat ‘melompati’ tahap awal pengembangan air perkotaan menuju WSC.
Ketika kota-kota berusaha untuk mengadopsi pendekatan WSC, mereka perlu memahami status pengelolaan air perkotaan saat ini serta menentukan tujuan keberlanjutan jangka pendek dan jangka panjang. Alat analisis telah dikembangkan secara khusus untuk tujuan ini: kerangka transisi air perkotaan. Kerangka kerja mengidentifikasi enam kondisi perkembangan yang mungkin akan dilalui sebuah kota dalam perjalanannya menuju kota yang semakin ramah air. Transisi ini tidak selalu linier, karena sebuah kota dapat menunjukkan indikator perkembangan lanjutan walaupun tidak sepenuhnya memenuhi perkembangan sebelumnya; hal ini terlihat jelas ketika banjir tetap mengancam kelayakhunian sebuah kota meskipun atribut lain dari kebersihan saluran air dan estetika tetap dijaga.
Walaupun visi WSC lokal kota mungkin tidak memberikan penekanan yang sama terhadap semua indikator Indeks WSC. Alat ini dapat mendiagnosis kekuatan dan kelemahan utama. Informasi ini kemudian dapat digunakan dalam menetapkan prioritas aksi dan menyediakan kerangka kerja untuk pemantauan dan evaluasi berkelanjutan atas kinerja kota ramah air.
Penilaian indeks Kota Ramah Air menciptakan peluang untuk mengkaji kekuatan dan kelemahan sistem air kota, mengidentifikasi peluang untuk perbaikan dan bidang-bidang yang menjadi keprihatian bersama dengan kota-kota lain. Hasil penilaian menunjukkan bahwa pencapaian tujuan relatif merata dengan pengecualian untuk ‘Kualitas ruang terbuka’ (dengan skor 2 dari 5) . Skor rata-rata dari enam tujuan lainnya berkisar antara 2.4-2.8. Ini menunjukkan bahwa ‘Kualitas ruang terbuka’ perlu diperhatikan. Akan tetapi, skor ruang terbuka yang secara konsisten cenderung rendah dari hasil benchmarking dengan berbagai kota di Australia (dengan luas yang dan kondisi geografi yang beragam) menunjukkan sulitnya mendapatkan skor mendekati 3 untuk indikator tujuan ini.
Skor indikator indeks sendiri tidak selalu berkorelasi dengan bidang yang perlu diprioritaskan. Hal ini terutama dikarenakan tingkat integrasi dari tujuan dan indikator Indeks. Misalnya, walaupun ‘tujuan tata kelola yang ramah air’ mungkin mendapatkan skor menengah, tujuan ini masih harus diperhatikan guna mendapatkan flow-on benefits dari indikator lain. Secara umum, indeks paling efektif digunakan sebagai alat untuk merencanakan dan mengukur kemajuan. Sebagai upaya pertama untuk menerapkan Indeks WSC ke kota Indonesia, ada pelajaran yang dapat dipetik untuk kota-kota serupa serta untuk indeks itu sendiri.
Hasil dan capaian
Indeks WSC berguna bagi para pemangku kepentingan di Bogor dalam menerapkan pendekatan yang berorientasi sistem untuk pengelolaan air. Pendekatan yang seimbang untuk sistem sosial dan ekologi telah membuka peluang baru untuk transformasi dalam lingkungan perencanaan yang biasanya menekankan pendekatan teknis. Hal ini dieksplorasi secara lebih rinci dalam output lain dari program penelitian ini. Terkait dengan penentuan benchmarking kinerja, upaya ini disarankan sebagai dasar untuk membentuk pendekatan berkelanjutan bagi evaluasi sistem.
People
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Dr Surya Darma Tarigan
Associate Professor, Department of Soil and Land Resources
Institut Pertanian Bogor (IPB)