Tinjauan faktor risiko PTM pada remaja Indonesia
Ada pergeseran global yang signifikan atas pola penyakit, dimana Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti diabetes, penyakit kardiovaskular dan gangguan mental saat ini menjadi penyebab kematian dan disabilitas di sebagian besar negara, termasuk Indonesia. Remaja merupakan kelompok populasi penting dalam konteks upaya respon terhadap PTM karena dua alasan. Pertama, banyak faktor risiko PTM yang terjadi di usia dewasa (seperti merokok tembakau, kurangnya kegiatan fisik dan diet yang buruk) muncul dansebenarnya dapat disiasati sejak masa remaja. Kedua, remaja memiliki beban signifikan atas PTM yang dapat dihindari, antara lain gangguan mental, asma dan penyakit kronis. Oleh karena itu, PTM berdampak pada kesehatan jasmani dan rohani remaja, kesehatan mereka dalam jangka panjang, dan kesehatan generasi yang akan datang. Namun, sistem pengumpulan data global saat ini (seperti DHS dan MICS) lebih fokus pada risiko dan outcome dari kesehatan seksual dan reproduksi, tanpa mengukur rentang faktor risiko dan outcome dari PTM pada remaja. Saat data PTM dikumpulkan (sebagai contoh, survei RISKESDAS di Indonesia), pengukuran sering kali tidak dikhususkan kepada risiko perilaku atau outcome pada remaja. Tantangan yang lebih jauh adalah bahwa data para remaja umumnya diambil dari sampel sekolah atau rumah, sehingga mungkin mengecualikan anak muda yang sebenarnya paling berisiko terhadap PTM – yaitu anak muda yang lepas dari sekolah atau tidak berada di rumah. Di banyak negara, seperti Indonesia, ketiadaan data tersebut berkontribusi terhadap kesenjangan, baik pada ranah kebijakan dan praktik.
Penelitian ini bermaksud untuk mengisi kesenjangan data dengan mengukur prevalensi faktor risiko dan outcome utama PTM, baik pada remaja yang ada di sekolah dan di kalangan masyarakat di Indonesia. Selain itu, penelitian ini juga bermaksud untuk mendokumentasikan penyebab yang menimbulkan risiko terhadap PTM dan outcome-nya, serta menjajaki persepsi anak muda terhadap PTM. Hingga saat ini, hal-hal tersebut masih belum dikaji dengan memadai, namun sangat penting untuk menyusun upaya intervensi pencegahan dan pengobatan yang efektif. Selain itu, penelitian ini juga bermaksud untuk mengkaji prevalensi kesehatan mental yang buruk (outcome PTM utama) dan tingginya indeks massa tubuh (risiko metabolisme utama).
Penelitian ini menggunakan desain metode campuran lanjutan. Metode penelitian terdiri dari fase kualitiatif formatif yang mencakup 16 forum diskusi kelompok terarah (DKT / FGD), yang ditindaklanjuti dengan komponen kuantitatif meliputi survei bersilang antar bagian, pengukuran antropometris (tinggi dan berat) serta kajian biomarker (termasuk pengambilan sampel darah dari pembuluh vena untuk mengukur lemak, anemia dan tekanan darah). Kami juga memvalidasi tinjauan atas kesehatan mental dengan menggunakan alat ukur survei yang meliputi wawancara psikiater untuk sub-sampel di Jakarta.
Penelitian dilaksanakan di dua propinsi terpilih di Indonesia. Jakarta dipilih karena ia mewakili propinsi yang paling maju dan padat di Indonesia, sementara Sulawesi Selatan (di daerah pegunungan bagian barat dari kepulauan Sulawesi) dipilih agar dapat mengambil sampel dari remaja yang hidup di wilayah yang berbatasan dengan kota sekaligus wilayah terpencil di Indonesia.
Hasil temuan dan rekomendasi
Penelitian ini merupakan penelitian yang besar dan kompleks, tetapi akan menjadi media yang kaya untuk meningkatkan pemahaman kita terhadap PTM di kalangan remaja di Indonesia. Saat ini seluruh data telah dikumpulkan, analisis data kualitatif telah diselesaikan, dan analisis data kuantitatif telah dimulai. Kami memfokuskan upaya kami pada analisis dan interpretasi data kualitatif karena hal ini penting untuk memberikan konteks analisis kuantitatif. Hasil temuan dari analisis tersebut juga bermanfaat bagi suara anak muda (yang sering kali tidak didengar), dan mampu memberikan kontribusi penting bagi kebijakan dan praktik. Dari analisa-analisa tersebut, penelitian menyusun rekomendasi sebagai berikut:
- Beratnya beban dan kondisi kesehatan mental yang buruk serta kondisi kelebihan berat badan/obesitas di kalangan anak muda, maka ada kebutuhan yang krusial untuk menjawab masalah tersebut di Indonesia.
- Anak muda memiliki pemahaman yang baik atas faktor risiko dan hal-hal yang dapat melindungi mereka dari kondisi kesehatan mental dan BMI yang tinggi, sehingga anak muda perlu menjadi bagian dari solusi.
- Oleh karena stigma yang dihubungkan dengan kesehatan mental menunjukan rendahnya tingkat literasi terhadap kesehatan mental, maka direkomendasikan pendekatan multi sektor yang meliputi sektor pendidikan, kesehatan dan masyarakat.
- Ahli kesehatan mental perlu bekerja sama dengan pemuka agama dan masyarakat untuk mengembangkan inisiatif yang mampu mengurangi stigma dan diskriminasi terkait dengan penyakit kesehatanmental dan menghimbau untuk mencari bantuan terhadap kesehatan mental.
- Inisiatif-inisiatif yang bertujuan untuk mengurangi risiko BMI tinggi pada remaja Indonesia perlu fokus pada akses terhadap makanan segar bagi anak muda, menciptakan ruang yang aman dan mudah diakses untuk kegiatan fisik dalam wilayah perkotaan, dan memaksimalkan penggunaan tempat yang ada di wilayah pedesaan dengan mengimplementasikan program kegiatan fisik yang berbasis masyarakat.
People
-
Dr Peter Azzopardi
Senior Research Fellow, Department of Paediatrics
Murdoch Childrens Research Institute -