Apakah sekolah-sekolah Islam di Indonesia mendidik untuk atau melawan ekstremisme agama?
Dalam upaya untuk melawan ekstremisme agama di Indonesia dan Australia, penting untuk memahami bagaimana dan dengan cara apa sekolah formal memengaruhi proses radikalisasi dan berkontribusi terhadap berkembangnya pandangan ekstremis di dunia. Oleh karena itu, proyek ini berupaya untuk mengeksplorasi peran penting kepala sekolah pada sekolah Islam di Indonesia. Pendidikan formal yang melawan pemikiran dan perilaku ekstremis umumnya berpusat pada pengajaran nilai-nilai kewarganegaraan, demokrasi, dan toleransi. Akan tetapi, penanaman nilai-nilai ini di sekolah tidak selalu berarti bahwa siswa memiliki kemampuan untuk mengenali propaganda radikal atau ekstremis. Sekolah dapat, melalui sistem atau kurikulum, tanpa sadar mendukung atau memajukan ekstremisme.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk lebih memahami bagaimana peran kepala sekolah dalam sekolah Islam di Indonesia dapat mencegah atau meningkatkan proses radikalisasi yang mengarah ke ekstremisme agama. Proyek ini berupaya untuk lebih memahami komponen spesifik dari kepemimpinan sekolah untuk mengidentifikasi bagaimana para pemimpin sekolah mendorong atau mencegah pemikiran ekstremis.
Selain itu, penelitian ini berupaya untuk mengidentifikasi tindakan yang dapat diambil kepala sekolah untuk menghambat perkembangan sistem kepercayaan ekstremis melalui penyusunan ‘Kerangka Kerja Melawan Ekstremisme’ yang berlaku untuk konteks Jawa Tengah. Kerangka kerja ini dapat diuji ulang di daerah lain di Indonesia dan diperluas ke Australia untuk memastikan pengaruh budaya terhadap perkembangan ekstremisme agama dalam lingkungan pendidikan.
Proyek ini merupakan studi kasus kualitatif dari 20 sekolah swasta Islam di Jawa Tengah. Kami menggunakan tiga teknik pengumpulan data: wawancara individu semi-terstruktur, pengamatan sekolah, dan analisis dokumen.
Temuan dan rekomendasi
Setelah melakukan analisis data melalui open coding, hasil temuan mengidentifikasi persamaan dan perbedaan antara sekolah-sekolah Islam swasta arus utama dan jaringan. Sekolah-sekolah Islam memiliki kesamaan dalam aspek-aspek berikut: alur wewenang; pemberian hukuman; pemberian instruksi langsung; harapan terkait kemampuan menghafal; infrastruktur; dan, lingkungan kebijakan.
Sekolah-sekolah Islam memiliki perbedaan dalam aspek-aspek berikut: keterbukaan; integrasi antara sekolah, komunitas, dan masyarakat; interpretasi identitas; dan, pandangan mengenai keanekaragaman.
Dari hasil temuan ini, kami mengembangkan Kontinum Pendidikan Islam Indonesia di mana kami menempatkan agregat sekolah-sekolah Islam dan jaringan utama pada kontinum dalam hal keterbukaan, integrasi, identitas, dan keragaman. Dari profil agregat ini, kami mengidentifikasi ‘kesenjangan ekstremisme’ yang menunjukkan perbedaan dalam kepemimpinan antara sekolah-sekolah Islam arus utama dengan sekolah-sekolah jaringan, yang dapat memengaruhi faktor potensial pendorong radikalisasi.
Para kepala sekolah arus utama mendukung sekolah-sekolah yang lebih terbuka dan terintegrasi. Mereka merekrut guru dari berbagai latar belakang dan memahami bahwa seseorang dapat memiliki banyak identitas selain identitas mereka sebagai penganut agama Islam.
Para kepala jaringan sekolah Islam memimpin sekolah-sekolah yang biasanya tertutup dan terpisah dari komunitas dan masyarakat. Mereka memimpin sekolah-sekolah yang mengajarkan bahwa gagasan tentang identitas ‘Muslim’ murni (sebagaimana didefinisikan oleh sekolah) sangat penting bagi kehidupan mereka sebagai Muslim.
Mereka juga memimpin sekolah-sekolah yang mengajar siswa untuk memandang keragaman sebagai ‘pihak lain’, yang berbeda, bukan bagian dari kelompok mereka, dan tidak sesuai dengan jalur agama yang seharusnya.
Studi ini menghasilkan beberapa rekomendasi untuk kepemimpinan sekolah, untuk sekolah Islam Indonesia, dan untuk mengatasi masalah ekstremisme di sekolah.
Untuk kepemimpinan sekolah:
- Program persiapan pra-jabatan idealnya dapat memengaruhi para kepala sekolah untuk menghargai sekolah terbuka yang terintegrasi, mendukung keberagaman guru dan siswa, dan mengajarkan pentingnya nilai-nilai yang umumnya dipegang oleh semua anggota komunitas, masyarakat, Indonesia, dan dunia.
- Para kepala sekolah perlu menghubungkan sekolah mereka dengan komunitas lokal, nasional, dan global.
- Para kepala sekolah perlu memimpin sekolah melalui proses pengambilan keputusan bersama.
- Para kepala sekolah perlu membangun hubungan lintas sekolah arus utama dan jaringan.
Untuk sekolah Islam Indonesia:
- Mengintegrasikan keterampilan berpikir kritis ke dalam kurikulum daripada menekankan metode menghafal.
- Mendorong pengadopsian ‘identitas Muslim Indonesia’, serta mendukung gagasan individu yang memiliki identitas campuran.
- Mengembangkan kegiatan lintas/antaragama.
- Menciptakan proactive redundancies di seluruh sistem untuk mengatasi masalah keterbukaan, integrasi, identitas, dan keragaman.
Untuk mengatasi masalah ekstremisme:
- Kebutuhan yang jelas akan studi yang lebih besar dan lebih luas untuk memperdalam dan menyempurnakan pemahaman tentang kesenjangan ekstremisme.
- Mengembangkan dan mengimplementasikan survei untuk mengujicoba instrumen penelitian ‘kesenjangan ekstremisme’.
- Melanjutkan studi ini di sektor lain.
- Menemukan strategi menjanjikan yang digunakan para kepala sekolah saat ini.
- Bekerja sama dengan pemangku kepentingan pendidikan untuk memimpin lokakarya tentang topik yang berkaitan dengan masalah ekstremisme dan pendidikan.
People
Outputs
Journal Articles
Brooks, M.C., Brooks, J.S., Mutohar, A., & Taufieq, Imam. (in development). ‘Islamic school leadership in Indonesia: Exploring the gap between moderation and extremism’.
Fully refereed conference proceedings
Brooks, J., Melanie, B., Mutohar, A., Taufieq, I., & Abdullah., I (2017, November). ‘Exploring Religious Extremism in Indonesian Islamic Schools’. Paper presented at Australian Association for Research in Education (AARE) Conference 2017.
Presentations
Professor Jeffrey Brooks presented topics on conducting qualitative analysis, introduction to the research study, and key issues in data collection.
In the research dissemination, Dr. Melanie Brooks presented the research findings in a session attended by 20 Islamic school leaders and 15 Islamic education lecturers. The session was followed by a discussion on how to counter extremism issues in Islamic schools.
Public Seminar, Monash University, 15 November 2018.
Media
The Conversation: Mutohar, A. (2018). ‘Countering the rise of radicalism in private Islamic schools in Indonesia’, The Conversation; 17 May
ABC: Kesenjangan Sekolah Islam Bisa Picu Ekstrimisme
Suaramerdeka: Radikalisme Muncul dari Pendidikan Ekstrem