Studi pneumonia pada anak rawat inap di Indonesia dan asosianya dengan kekurangan vitamin D
Permasalahan penyakit pernapasan akut (PPA), termasuk pneumonia, pada bayi dan anak muda di Indonesia tidak dijelaskan dengan baik. Ada bukti yang mengindikasikan bahwa kekurangan vitamin D merupakan potensi faktor risiko PPA, termasuk pneumonia. Namun, hal tersebut belum pernah diteliti. Proyek penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan prevalensi kekurangan vitamin D pada anak yang dirawat inap di rumah sakit dengan infeksi pernapasan berat di Yogyakarta, dan untuk menentukan apakah kekurangan vitamin D berhubungan dengan derajat keseriusan PPA.
Dari tanggal 18 Februari 2016 hingga 18 Juli 2017, 154 anak-anak dengan 163 penderita PPA berhasil direkrut dalam penelitian. Satu per tiga dari penderita anak telah memiliki pneumonia yang berat. Sampel darah untuk kadar Vitamin D dari anak-anak tersebut dianalisis.
Penyakit pernapasan akut (PPA), terutama pneumonia, dikenal sebagai penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak dengan usia di bawah lima tahun secara global, dimana bayi dan anak yang masih muda (usia kurang dari dua tahun) mengalami angka mortalitas tertinggi dan mayoritas kematian yang disebabkan oleh pneumonia. Namun, masih sangat sedikit data yang terdapat di Indonesia mengenai permasalahan pneumonia pada bayi dan balita. Perlu ada identifikasi anak-anak yang memiliki risiko terbesar terhadap pneumonia akut dan kematian yang disebabkan pneumonia agar dapat mengetahui potensi dampak strategi intervensi pencegahan dan pengelolaan untuk mengurangi beban penyakit.
Penelitian ini memberikan standar data dasar mengenai prevalensi kekurangan vitamin D pada anak pengidap PPA dengan usia di bawah lima tahun yang dirawat di rumah sakit, termasuk pneumonia. Penelitian ini merupakan penelitian pertama yang mengevaluasi hubungan antara kekurangan vitamin D dan tingkat keakutan PPA di Asia Tengara, wilayah dimana PPA dan pneumonia merupakan hal yang umum dan kekurangan vitamin D dianggap sebagai sesuatu yang biasa. Jika ditemukan hubungan antara kekurangan vitamin D dan tingkat keparahan PPA pada bayi dan anak di Indonesia, maka hal ini dapat menjadi justifikasi bagi uji coba klinis pemberian suplemen vitamin D di masa yang akan datang untuk pencegahan PPA di Indonesia dan mungkin pada anak-anak di negara Asia Tenggara lainnya yang memiliki kondisi dan faktor risiko serupa. Dengan mengevaluasi faktor risiko yang mungkin terjadi dari kekurangan vitamin D dan PPA, penelitian ini mungkin dapat membantu menginformasikan pengelolaan risiko dan mencegah penyakit tersebut.
Kekurangan gizi, termasuk malnutrisi energi protein dan kekurangan zat gizi mikro, dikenal sebagai salah satu faktor risiko yang paling penting untuk pneumonia secara global, meskipun hubungan antara kekurangan gizi dan pneumonia belum diteliti dengan baik di Indonesia. Terhadap kekurangan zat gizi mikro, bukti yang paling kuat adalah kekurangan vitamin A dan pneumonia yang terkait dengan campak serta ada bukti variabel atas kekurangan zat besi, tergantung kepada keadaannya.
Namun, terdapat bukti yang meningkat bahwa kekurangan vitamin D juga meningkatkan kerentanan pneumonia pada anak-anak, hal yang umum di banyak negara di wilayah Asia Tenggara, meski jaraknya dekat dengan khatulistiwa. Vitamin D merupakan zat gizi mikro tambahan yang mungkin menjadi penting dalam melindungi infeksi pernapasan, tetapi saat ini belum terdapat bukti klinis yang cukup terhadap hal tersebut. Vitamin D diproduksi umumnya melalui konversi solar matahari ke dalam kulit manusia, hanya sebagian kecil yang diserap dari makanan seperti ikan yang berminyak, minyak hati ikan, telur, dan produk susu yang terfortifikasi. Vitamin D memiliki peran sebagai modulator imun, termasuk sistem imun dari saluran pernapasan.
Meski ada bukti yang cukup besar untuk mendukung kemungkinan biologis yang masuk akal bahwa kekurangan vitamin D dapat meningkatkan kerentananan terhadap infeksi saluran pernapasan, sebagian besar bukti berasal dari penelitian in vitro, dan penerapannya ke dalam praktik klinis membutuhkan investigasi lebih lanjut. Selain itu, ada praktik kebuadayaan di Indonesia yang mungkin meningkatkan prevalensi kekurangan vitamin D dalam masyarakat bila dibandingkan dengan wilayah lain pada garis lintang yang sama, seperti pakaian keibuan yang tertutup, gaya hidup yang lebih banyak di dalam ruangan dan angka ASI yang tinggi. Yang lebih penting, tidak ada data yang dipublikasikan di Indonesia tentang hubungan antara kekurangan vitamin D dan timbulnya kasus pneumonia pada anak.
Ketidakseimbangan kadar vitamin D dianggap sebagai sesuatu yang lazim pada anak yang hidup di masyarakat yang dekat dengan khatulistiwa di Asia Tenggara. Penyebab utama dari kekurangan disebabkan oleh perubahan gaya hidup dan praktik kebudayaan yang membatasi paparan radiasi sinar ultraviolet. Mungkin saja bayi di Indonesia memiliki risiko yang signifikan. Penghindaran dari sinar matahari langsung dan pemakaian penutup kepala oleh sebagian besar wanita Indonesia dapat berarti kekurangan vitamin D secara keturunan merupakan hal yang biasa, dan oleh karena itu bayi-bayi mereka berisiko kekurangan vitamin D dari saat lahir.
Temuan
Penelitian berbasis rumah sakit dilakukan untuk menentukan prevalensi kekurangan vitamin D pada anak dengan usia di bawah lima tahun yang dirawat di rumah sakit dengan PPA, termasuk pneumonia, dan untuk mengevaluasi hubungan antara kekurangan vitamin D dengan tingkat keakutan pneumonia. Penelitian dilakukan pada dua rumah sakit di propinsi Yogyakarta.
Penelitian ini dilakukan selama lebih dari 15 bulan periode keikutsertaan (dari bulan Februari 2016 hingga bulan Juli 2017) untuk mencakup semua musim di Indonesia. Setelah informasi persetujuan telah didapatkan, sampel darah sebanyak 2,5 ml dikumpulkan. Faktor risiko pneumonia dan kekurangan vitamin D dipelajari. Data menunjukan bahwa ada persentase yang cukup tinggi dimana anak dengan pneumonia memiliki kekurangan vitamin D. Bayi dengan usia antara dua dan enam bulan dan anak-anak dengan penyakit jantung bawaan lebih memungkinkan untuk memiliki kadar vitamin D yang lebih rendah. Data ini sangat berharga untuk digunakan sebagai masukan bagi potensi uji coba klinis pemberian suplemen vitamin D di masa yang akan datang guna pencegahan pneumonia pada anak-anak di Indonesia. Penelitian tersebut menyediakan latar belakang data yang penting jika uji coba tersebut dijustifikasi.
Selain itu, penelitian ini membuka peluang baik untuk alih pengetahuan, keterampilan, dan kegiatan mentor antar lembaga dan negara. Dr Oktaria adalah anggota staf UGM yang melanjutkan studi PhD pada Department of Paediatrics, University of Melbourne. Proyeknya dilakukan di bawah supervisi bersama antara UoM dan MCRI (Profesor Steve Graham, Dr Margie Danchin, Profesor Julie Bines) dan UGM (Dr Rina Triasih dan Profesor Yati Soenarto). Penelitian tersebut membantu menangani masalah kesehatan utama pada anak-anak Indonesia, contoh pneumonia, yang dipimpin oleh Profesor Graham, ahli internasional di bidang penyakit paru-paru pada anak.
People
Outputs
Additional Outputs
Reports
- Royal Children’s Hospital Melbourne, ‘Global Health Report: leading global approaches to caring for sick children’ Annual Global Report 2015 https://www.rch.org.au/uploadedFiles/Main/Content/cich/140773%20RCH%20Global%20Report%20A4L_LR.pdf
Presentations
- Oktaria, Vicka. ‘Vitamin D Status in Young Children Hospitalised With Pneumonia In A District Hospital In Yogyakarta, Indonesia’. International conference, 2017 (International Congress of Tropical Paediatrics)
- Oktaria, Vicka., ‘Determinants of Prolonged Hospitalisation In Young Children With Pneumonia In A Rural Hospital In Yogyakarta, Indonesia’. International conference, ICTP 2017 (International Congress of Tropical Paediatrics)